Sejarah Asal Usul dan Peradaban Suku Makassar
Sultan Hasanuddin Salah satu tokoh makassar yang sangat terkenal Photo:wikipedia |
Sejarah Asal Usul dan
Peradaban Suku Makassar. Suku Makassar merupakan sebuah etnis yang berada
bagian pesisir selatan pulau Sulawesi. Masyarakat
Makassar berjiwa
penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan pernah berjaya
di lautan. Ini terbukti pada pada abad ke-14-17, suku
Makassar dengan simbol Kerajaan Gowa, berhasil membentuk satu wilayah kerajaan
yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu
Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian
Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara.
Suku Makassar juga menjalin Traktat dengan Bali,
kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam
lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga
menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adu
domba Belanda terhadap kerajaan taklukannya.
Suku Makassar dikenal sebagai suku yang suka mengembara di
lautan, menyeberangi lautan dan mendarat di Afrika Selatan. Di Afrika Selatan
terdapat sebuah daerah yang bernama Maccassar. Diduga penduduk setempat
merupakan keturunan campuran antara penduduk asli dengan orang-orang Makassar
yang bermigrasi ke wilayah ini. Sedangkan nama Maccassar diduga karena mereka
berasal dari tanah nenek moyang mereka dari Makassar.
Arti Kata Makassar
Makassar dalam bahasa orang setempat disebut dengan
“Mangkasara” yang berarti "Mereka yang Bersifat Terbuka." Dan etnis
ini tersebar mulai dari kota Makassar, kabupaten Gowa, Takalar, Je'neponto,
Bantaeng, Bulukumba, Selayar, Maros, Pangkep serta ke luar wilayah Sulawesi
Selatan, seperti di Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Selain itu penyebaran orang Makassar juga banyak ditemukan di Kalimantan Timur.
Sub-sub Suku Makassar
Suku Makassar juga memiliki beberapa sub-suku yang tersebar
di beberapa daerah dan bahkan ke wilayah provinsi lain. Kelompok sub-suku ini
memiliki dialek bahasa yang berbeda-beda, tetapi masih dalam rumpun bahasa
Makassar. Menurut sebuah cerita, pada masa lalu akibat serangan pasukan
kolonial Belanda ke Kerajaan Gowa, banyak masyarakat Makassar yang
terpecah-pecah dan menyebar ke berbagai daerah, termasuk ke daerah pegunungan,
dan ke hutan pedalaman. Di dalam persebaran ini, mereka membentuk
kelompok-kelompok kecil, yang menjadi komunitas suku yang kecil-kecil.
Suku-suku kecil inilah yang sekarang dianggap sebagai sub-suku Makassar.
Berikut bagian dari sub-suku Makassar :
- Makassar Lakiung
- Turatea:
- Je'neponto
- Bantaeng
- Konjo (Bulukumba dan Sebagian Maros)
- Selayar
Bahasa
Bahasa Makassar adalah bahasa yang diucapkan oleh suku
Makassar sejak berabad-abad yang lalu. Bahasa Makassar ini masih berkerabat
dengan bahasa Bugis dan bahasa Mandar. Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan, tapi
pada umumnya mereka bisa saling menangkap maksud percakapan di antara mereka.
Bahasa Makassar saat ini, menurut penuturan mereka, sudah
banyak berubah, dan banyak terpengaruh bahasa-bahasa lain, seperti dari bahasa
Bugis dan bahasa Melayu. Bahasa Makassar yang asli, sebenarnya masih bisa
ditemukan di daerah Gowa bagian selatan tepatnya di kaki gunung Lompobattang.
Di desa Lompobattang ini keaslian bahasa Makassar masih terjamin karena belum
tercampuri oleh perkembangan bahasa modern maupun dari bahasa-bahasa suku lain.
Bahasa Makassar yang tergolong masih murni, bisa ditemukan di daerah Gowa
(Sungguminasa, Lembang Bu’ne, Malino dan Malakaji), di Takalar, lalu di
Jeneponto (Bontosunggu, Tolo' dan Rumbia), di Bantaeng (Dammpang) dan di
Bulukumba (Tanete).
Makassar sebelum
masuk islam
Dahulu masyarakat suku Makassar memiliki agama purba dengan
ajaran animisme, yaitu Turei A’rana (kehendak yang tinggi). Orang
Makassar percaya kepada Dewa yang disebut Dewata SeuwaE (dewa yang
tunggal) atau Turei A'rana (kehendak yang tinggi). Sebutan kepada
Dewa orang Purba di Sulawesi, memiliki beragam sebutan, seperti orang Bugis
menyebutnya dengan istilah PatotoE (dewa yang menentukan nasib).
Orang Mandar menyebutnya Puang Mase (yang maha kedendak) dan orang
Toraja menyebutnya Puang Matua (Tuhan yang maha mulia).
Orang Makassar Purba percaya adanya dewa yang bertahta di
tempat-tempat tertentu. Seperti kepercayaan mereka tentang dewa yang berdiam di
Gunung Latimojong. Dewa tersebut mereka sebut dengan nama Dewata Mattanrue. Dihikayatkan
bahwa dewa tersebut kawin dengan Enyi’li’timo’ kemudian melahirkan PatotoE.
Dewa PatotoE kemudian kawin dengan Palingo dan melahirkan Batara Guru. Batara
Guru dipercaya oleh sebagian masyarakat Sulawesi Selatan sebagai Dewa
Penjelajah, yang telah menjelajahi seluruh kawasan Asia dan bermarkas di puncak
Himalaya. Kira-kira satu abad sebelum Masehi Batara Guru menuju ke Cerekang
Malili dan membawa empat kasta. Keempat kasta tersebut adalah kasta Puang,
kasta Pampawa Opu, kasta Attana Lang dan kasta orang kebanyakan.
Masuknya Islam
Sejak masyrakat Makassar memeluk Islam, segala bentuk kepercayaan agama purba mereka pun
ditinggalkan. Agama Islam telah hadir di kalangan masyarakat orang Makassar
sejak berabad-abad yang lalu. Mereka adalah penganut Islam yang kuat. Agama
Islam menjadi agama rakyat bagi suku Makassar, sehingga beberapa tradisi adat
dan budaya serta dalam kehidupan sehari-hari suku Makassar banyak dipengaruhi
oleh tradisi dan budaya yang mengandung unsur Islami.
Hubungan Makassar
dengan Bugis
Ada yang mengira bahwa Makassar adalah identik dan serumpun
dengan suku
Bugis dan bahwa istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang
diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah. Hingga pada akhirnya
kejatuhan Kerajaan Makassar pada Belanda, segala potensi dimatikan, mengingat
suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda. Di mana pun mereka bertemu
Belanda, pasti diperanginya. Beberapa tokoh sentral Gowa yang menolak menyerah
seperti Karaeng Galesong, hijrah
ke Tanah Jawa. Bersama armada lautnya yang perkasa, memerangi setiap kapal
Belanda yang mereka temui. Oleh karena itu, Belanda yang saat itu dibawah
pimpinan Spellman menjulukinya dengan
"Si-Bajak-Laut"
Dari segi linguistik, bahasa
Makassar dan bahasa Bugis berbeda, walau kedua bahasa ini
termasuk dalam Rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam
cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia. Dalam kelompok
ini, bahasa Makassar masuk dalam sub-kelompok yang sama dengan bahasa
Bentong, Konjo dan Selayar, sedangkan bahasa Bugis masuk dalam sub-kelompok
yang sama dengan bahasa Campalagian dan dua bahasa yang
ditutur di pulau Kalimantan yaitu bahasa
Embaloh dan bahasa Taman. Perbedaan antara bahasa Bugis dan
Makassar ini adalah salah satu ciri yang membedakan kedua suku tersebut.
Sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Makassar
diakses tanggal 10 desember 2014
http://protomalayans.blogspot.com/2012/10/suku-makasar-sulawesi.html
diakses tanggal 10 desember 2014
Post a Comment for "Sejarah Asal Usul dan Peradaban Suku Makassar"