tag:blogger.com,1999:blog-46055439607431709852024-03-12T19:41:40.379-07:00Dunia KesenianJenis - Jenis Seni | Tarian | Budaya di Indonesia dan Dunia | Suku di Indonesia dan DuniaKamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.comBlogger203125tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-31690167190118694272023-05-12T06:44:00.000-07:002023-05-12T06:44:43.930-07:00Pengenalan Jenis Rumah Adat Tongkonan<p>Jenis Rumah Adat
Tongkonan adalah salah satu bentuk rumah adat yang paling terkenal di Sulawesi
Selatan, Indonesia. Istilah "Tongkonan" sendiri berasal dari bahasa
Toraja yang berarti "tempat tinggal". Tongkonan dibangun dengan cara
tradisional yang telah diterapkan oleh masyarakat Toraja selama berabad-abad.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0e1sR2oIt04wtTeAQCaL4eYVbasH13dli0usA5iBkjuIXXEQ5RumAb2Q6B_yqS2GMgiNDtaeQ5YXedQxcLdA0xVp9SkEebGxZ9nFtOH0oAoR-VETv1bIvawjroHlQy-6aWD9meWTjGJS7IBISgJTYvoW8JKxuZZ2hswawriiToM4nMBXoNz5Hsby3iQ/s1200/rumah%20tongkonan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="jenis rumah adat tongkonan" border="0" data-original-height="675" data-original-width="1200" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0e1sR2oIt04wtTeAQCaL4eYVbasH13dli0usA5iBkjuIXXEQ5RumAb2Q6B_yqS2GMgiNDtaeQ5YXedQxcLdA0xVp9SkEebGxZ9nFtOH0oAoR-VETv1bIvawjroHlQy-6aWD9meWTjGJS7IBISgJTYvoW8JKxuZZ2hswawriiToM4nMBXoNz5Hsby3iQ/w400-h225/rumah%20tongkonan.jpg" title="jenis rumah adat tongkonan" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">rumah adat tongkonan - sumber:era.id</td></tr></tbody></table><h2 style="text-align: left;">Tongkonan Pekamberan</h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan Pekamberan
merupakan salah satu jenis Tongkonan yang paling penting dalam masyarakat
Toraja. Tongkonan ini memiliki bentuk atap yang khas, dengan ujung yang
menjulang ke atas. Atap Tongkonan Pekamberan ini terbuat dari kayu yang diukir
secara artistik dan kemudian dihiasi dengan daun nipah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan Pekamberan
digunakan sebagai tempat tinggal bagi kepala suku Toraja dan keluarganya.
Selain itu, Tongkonan Pekamberan juga digunakan untuk upacara adat seperti
acara pernikahan, pemakaman, dan pertemuan penting lainnya.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan Layuk<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan Layuk adalah
jenis Tongkonan yang lebih kecil dari Tongkonan Pekamberan. Tongkonan Layuk
memiliki atap yang lebih datar dan cenderung lebih sederhana dalam hal ukiran
dan hiasan. Tongkonan ini biasanya digunakan sebagai tempat tinggal bagi
anggota masyarakat Toraja yang tidak memiliki status sosial yang tinggi seperti
kepala suku.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan Batu Ariri<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan Batu Ariri
adalah jenis Tongkonan yang paling unik di antara jenis Tongkonan lainnya.
Tongkonan ini dibangun di atas batu besar yang terletak di tengah-tengah tanah
lapang. Bentuk atap Tongkonan Batu Ariri tidak jauh berbeda dengan Tongkonan
Pekamberan. Namun, yang membedakan adalah lokasi bangunannya yang berada di
atas batu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan Batu Ariri
biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan atau tempat penyimpanan barang
berharga. Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi dan menjadi salah
satu objek wisata yang paling populer di Sulawesi Selatan.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah Adat Tongkonan Dibagi Menjadi
Berapa?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
dibagi menjadi dua jenis utama yaitu Tongkonan dan Alang. Tongkonan merupakan
rumah adat yang digunakan sebagai tempat tinggal, sedangkan Alang digunakan
sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Apa Ciri Khas Rumah Tongkonan?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Ciri khas rumah
Tongkonan adalah atapnya yang berbentuk seperti perahu terbalik. Atap ini
terbuat dari kayu yang diukir dengan motif-motif khas Toraja, seperti tanduk
kerbau, burung enggang, dan tumbuhan. Selain itu, rumah Tongkonan juga memiliki
pintu masuk yang rendah, sehingga penghuni harus membungkuk saat masuk ke dalam
rumah.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Jenis Kayu Apa Saja yang Sering
Digunakan dalam Pembuatan Rumah Tongkonan?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kayu-kayu yang biasa
digunakan dalam pembuatan rumah Tongkonan antara lain kayu jati, kayu kare, dan
kayu nantu. Kayu jati biasanya digunakan untuk bingkai atap dan struktur dasar
rumah, sedangkan kayu kare digunakan untuk lantai dan dinding. Kayu nantu biasanya
digunakan untuk ukiran dan hiasan pada atap dan dinding rumah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Ketiga jenis kayu ini
dipilih karena memiliki ketahanan dan kekuatan yang baik serta mudah ditemukan
di daerah Toraja. Penggunaan kayu-kayu ini juga dipercayai memiliki makna
filosofis dan simbolik dalam kehidupan masyarakat Toraja. Kayu jati, misalnya,
melambangkan kekuatan dan keberanian, sedangkan kayu kare melambangkan kebaikan
dan kesucian.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Jenis Rumah Adat
Tongkonan merupakan kebanggaan bagi masyarakat Toraja dan menjadi simbol
penting dari budaya mereka. Melalui Tongkonan, masyarakat Toraja dapat
mempertahankan identitas budaya mereka yang unik dan melestarikannya untuk
generasi mendatang. Tongkonan Pekamberan, Tongkonan Layuk, dan Tongkonan Batu
Ariri adalah contoh nyata dari keindahan dan keunikan Tongkonan yang harus
dijaga dan dilestarikan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span lang="IN"><o:p> </o:p></span></p>Kamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-86537588212518322192023-05-07T07:22:00.002-07:002023-05-07T07:22:17.134-07:00Alat Musik Tradisional Indonesia: 40 Jenis Lengkap Asal Daerahnya<p>Dalam kebudayaan
Indonesia, seni musik sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tidak
hanya sebagai sarana hiburan, musik juga memiliki peran dalam upacara adat,
ritual keagamaan, dan bahkan sebagai media penyampaian pesan moral. Salah satu
bentuk musik yang memiliki nilai budaya tinggi adalah alat musik tradisional.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMGl5k7VfnIb5eGQ7xOYht1ty-hed-sqE3f6qxt-t_LHOjT6mQAD6PQIty3n9YmWU1rvtV_0n_ADTBcBzg6nJXRy7jm_J5sZG3HCKWlxSTtn91LA-YwD9Z7RaZE6lmgauMeXl1vsDEU4ctI9J2dPZDEiNah6pI0KcIjqWI-I9M2L8W4R5i-lTwAr4yww/s1024/alat%20musik%20tradisional.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="alat musik tradisional indonesia" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMGl5k7VfnIb5eGQ7xOYht1ty-hed-sqE3f6qxt-t_LHOjT6mQAD6PQIty3n9YmWU1rvtV_0n_ADTBcBzg6nJXRy7jm_J5sZG3HCKWlxSTtn91LA-YwD9Z7RaZE6lmgauMeXl1vsDEU4ctI9J2dPZDEiNah6pI0KcIjqWI-I9M2L8W4R5i-lTwAr4yww/w400-h400/alat%20musik%20tradisional.jpg" title="alat musik tradisional indonesia" width="400" /></a></div>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Pengertian Alat Musik Tradisional<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Alat musik tradisional
adalah instrumen musik yang memiliki ciri khas tersendiri dan berasal dari
suatu daerah tertentu. Alat musik ini diwarisi dari generasi ke generasi dan
menjadi bagian dari kebudayaan suatu daerah atau suku. Biasanya, alat musik tradisional
terbuat dari bahan alami seperti kayu, bambu, kulit binatang, atau logam.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Fungsi Alat Musik Tradisional<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Alat musik tradisional
memiliki beragam fungsi, tergantung dari daerah asalnya. Beberapa di antaranya
adalah:<o:p></o:p></span></p>
<ul style="margin-top: 0cm;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sebagai media penyampaian pesan moral<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sebagai pengiring tarian atau upacara adat<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sebagai media pemersatu masyarakat dalam
berbagai acara<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sebagai alat komunikasi dengan alam
semesta<o:p></o:p></span></li>
</ul>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Alat Musik Tradisional Indonesia<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Indonesia memiliki
banyak jenis alat musik tradisional, bahkan bisa mencapai 40 jenis lebih.
Setiap daerah memiliki alat musik tradisional yang khas, baik dari segi bentuk,
suara, maupun cara memainkannya. Berikut adalah 11 contoh alat musik
tradisional Indonesia beserta asal daerahnya:<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">1. Angklung (Jawa Barat)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Angklung adalah alat
musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Alat musik
tradisional ini berasal dari daerah Jawa Barat dan memiliki ciri khas suara
yang merdu.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">2. Aramba (Sumatra Utara)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba adalah alat
musik tradisional yang berasal dari daerah Sumatra Utara. Alat musik ini
terbuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipukul. Aramba biasanya digunakan
sebagai pengiring tari-tarian adat di daerah tersebut.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">3. Bonang (Jawa Timur)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Bonang adalah alat
musik tradisional asal Jawa Timur yang terbuat dari logam. Alat musik ini
dimainkan dengan cara dipukul menggunakan bilah kayu atau besi. Bonang sering
digunakan sebagai pengiring gamelan.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">4. Doli-doli (Sumatra Utara)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Doli-doli adalah alat
musik tradisional Sumatra Utara yang terbuat dari kayu. Alat musik ini
dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik kayu. Doli-doli sering digunakan
sebagai pengiring tari-tarian adat di daerah tersebut.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">5. Gong (Jawa Barat)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Gong adalah alat musik
yang terbuat dari logam dan berasal dari daerah Jawa Barat. Gong biasanya
dimainkan dalam kesenian gamelan atau sebagai pengiring tari-tarian adat.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">6. Gendang (Jawa Barat)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Gendang adalah alat
musik yang terbuat dari kulit binatang dan kayu. Alat musik tradisional ini
sering dimainkan dalam kesenian gamelan atau sebagai pengiring tari-tarian
adat. Gendang memiliki peran penting dalam mengatur irama dan tempo musik.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">7. Kecapi (Jawa Barat)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kecapi adalah alat
musik yang terbuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik
tradisional ini berasal dari daerah Jawa Barat dan sering digunakan sebagai
pengiring lagu daerah.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">8. Kolintang (Sulawesi Utara)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kolintang adalah alat
musik tradisional asal Sulawesi Utara. Alat musik ini terdiri dari sejumlah
kecil gong yang disusun dalam satu set. Kolintang dimainkan dengan cara dipukul
dan sering digunakan sebagai pengiring tari-tarian adat di daerah tersebut.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">9. Rebab (Jawa Barat)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rebab adalah alat
musik tradisional asal Jawa Barat yang terbuat dari kayu dan dawai. Alat musik
ini dimainkan dengan cara digesek dan sering digunakan sebagai pengiring lagu
daerah.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">10. Sape (Kalimantan Timur)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sape adalah alat musik
tradisional yang berasal dari Kalimantan Timur. Alat musik ini terbuat dari
kayu dan memiliki ciri khas suara yang khas. Sape sering dimainkan sebagai
pengiring lagu daerah di Kalimantan Timur.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">11. Demung (Jawa Tengah)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Demung adalah alat
musik yang berasal dari Jawa Tengah. Alat musik ini terbuat dari logam dan
dimainkan dengan cara dipukul menggunakan bilah kayu. Demung sering digunakan
sebagai pengiring gamelan.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">12. Ganda (Sulawesi Tengah)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Ganda adalah alat
musik tradisional asal Sulawesi Tengah yang terbuat dari bambu. Alat musik ini
memiliki bentuk seperti suling, namun memiliki lubang yang lebih banyak. Ganda
dimainkan dengan cara dipetik dan sering digunakan sebagai pengiring lagu daerah.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">13. Geso-geso (Sulawesi Selatan)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Geso-geso adalah alat
musik tradisional asal Sulawesi Selatan yang terbuat dari bambu. Alat musik ini
dimainkan dengan cara dipukul dan sering digunakan dalam acara-acara adat di
Sulawesi Selatan.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">14. Burdah (Sumatra Selatan)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Burdah adalah alat
musik tradisional asal Sumatra Selatan yang terbuat dari buluh dan kulit
binatang. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik dan sering digunakan
sebagai pengiring lagu daerah.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">15. Guriding (Kalimantan Selatan)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Guriding adalah alat
musik tradisional asal Kalimantan Selatan yang terbuat dari kayu dan buluh.
Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dan sering digunakan sebagai
pengiring tari-tarian adat.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">16. Lalove (Sulawesi Tengah)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Lalove adalah alat
musik tradisional asal Sulawesi Tengah yang terbuat dari bambu. Alat musik ini
dimainkan dengan cara dipukul dan sering digunakan sebagai pengiring lagu
daerah.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">17. Pupuik Tanduak (Sumatra Barat)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Pupuik Tanduak adalah
alat musik tradisional asal Sumatra Barat yang terbuat dari kayu. Alat musik
ini dimainkan dengan cara dipukul dan sering digunakan sebagai pengiring
tari-tarian adat.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">18. Suling (Jawa Barat)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Suling adalah alat
musik tradisional asal Jawa Barat yang terbuat dari bambu. Alat musik ini
dimainkan dengan cara dipetik dan sering digunakan sebagai pengiring lagu
daerah.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">19. Siter (Jawa Tengah)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Siter adalah alat
musik tradisional asal Jawa Tengah yang terbuat dari kayu dan dawai. Alat musik
ini dimainkan dengan cara dipetik dan sering digunakan sebagai pengiring lagu
daerah.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">20. Talindo (Sulawesi Tengah)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Talindo adalah alat
musik tradisional asal Sulawesi Tengah yang terbuat dari bambu. Alat musik ini
dimainkan dengan cara dipukul dan sering digunakan sebagai pengiring lagu
daerah.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">21. Bende (Lampung)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Bende adalah alat
musik tradisional asal Lampung yang terbuat dari kayu dan bambu. Alat musik ini
dimainkan dengan cara dipukul dan sering digunakan sebagai pengiring
tari-tarian adat.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">22. Ceng-ceng (Bali)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Ceng-ceng adalah alat
musik tradisional asal Bali yang terbuat dari logam. Alat musik ini dimainkan
dengan cara dipukul dan sering digunakan dalam upacara keagamaan maupun acara
adat di Bali.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">23. Garantung asal Sumatra Utara<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Alat musik yang satu
ini berasal dari daerah Sumatra Utara. Garantung terbuat dari bambu dengan
ukuran yang cukup besar dan bentuknya menyerupai terompet. Alat musik ini
sering dimainkan dalam berbagai acara seperti upacara adat, pernikahan, dan
acara keagamaan.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">24. Gonrang asal Sumatra Utara<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Gonrang adalah alat
musik tradisional khas dari Sumatra Utara. Bentuknya seperti gendang kecil yang
terbuat dari kayu dan kulit binatang. Gonrang biasanya dimainkan oleh 2 orang
atau lebih, dengan cara dipukul secara bersamaan sehingga menghasilkan suara
yang unik dan merdu.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">25. Gamelan asal Jawa Tengah<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Gamelan adalah alat
musik tradisional Indonesia yang sudah sangat terkenal, terutama di Jawa
Tengah. Gamelan terdiri dari berbagai jenis instrumen seperti saron, bonang,
kenong, gong, dan lain-lain. Kombinasi instrumen gamelan yang dimainkan secara
bersamaan menghasilkan irama yang khas dan indah.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">26. Saluang asal Sumatra Barat<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Saluang adalah alat
musik tradisional khas dari Sumatra Barat. Alat musik ini terbuat dari bambu
dan dimainkan dengan cara ditiup seperti suling. Saluang biasanya dimainkan
untuk mengiringi tari-tarian tradisional, dan juga sering dimainkan dalam
acara-acara keagamaan.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">27. Santu asal Sulawesi Tengah<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Santu adalah alat
musik tradisional Sulawesi Tengah yang terbuat dari bambu. Bentuknya menyerupai
suling, namun dengan ukuran yang lebih besar. Santu biasanya dimainkan secara
solo, dengan cara ditiup seperti suling, menghasilkan suara yang merdu dan
syahdu.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">28. Serunai asal Sumatra Barat<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Serunai adalah alat
musik tradisional khas dari Sumatra Barat yang terbuat dari kayu dan kulit
binatang. Alat musik ini mirip dengan gonrang, namun memiliki ukuran yang lebih
kecil. Serunai biasanya dimainkan untuk mengiringi tari-tarian tradisional.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">29. Panting asal Kalimantan Selatan<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Panting adalah alat
musik tradisional Kalimantan Selatan yang terbuat dari kayu dan kulit binatang.
Panting sering dimainkan dalam acara-acara adat dan ritual, seperti upacara
kematian. Suara yang dihasilkan oleh panting tergolong unik dan khas.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">30. Tifa asal Maluku<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tifa adalah alat musik
tradisional yang berasal dari Maluku. Alat musik ini terbuat dari kayu dan
kulit hewan serta biasanya dimainkan bersama-sama dengan gong dan seruling.
Tifa memiliki suara yang khas dan sering dimainkan dalam upacara adat di Maluku
seperti pernikahan, upacara kematian, dan penyambutan tamu penting.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">31. Celempung asal Jawa Barat<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Celempung adalah alat
musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Alat musik ini terbuat dari
kayu dan memiliki senar yang digesek untuk menghasilkan suara. Celempung sering
dimainkan dalam ensemble musik tradisional Sunda. Alat musik ini memiliki nada
yang halus dan lembut, sehingga cocok untuk mendukung suasana santai dan
tenang.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">32. Gambang asal Jawa Tengah<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Gambang adalah alat
musik tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Alat musik ini terbuat dari
kayu dan memiliki sejumlah papan kayu yang diletakkan secara horizontal dan
dipukul dengan pemukul kayu. Gambang sering dimainkan dalam ensemble musik
gamelan Jawa Tengah. Alat musik ini memiliki suara yang khas dan cukup keras,
sehingga cocok untuk digunakan dalam acara-acara yang memerlukan musik yang
bertenaga.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">33. Gender asal Jawa Tengah<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Alat musik tradisional
Jawa Tengah yang satu ini merupakan jenis alat musik tiup yang biasanya
dimainkan untuk mengiringi tarian klasik Jawa seperti gambyong. Gender terdiri
dari serangkaian pipa yang disusun berdampingan dan memancarkan suara yang
harmonis ketika dimainkan.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">34. Ketipung asal Jawa Timur<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Ketipung adalah alat
musik tradisional Jawa Timur yang digunakan untuk mengiringi tarian daerah
seperti tari Remo. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang diberi kulit
binatang di salah satu sisinya dan dimainkan dengan menggunakan tangan.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">35. Gendang Beleq asal Nusa Tenggara
Barat (NTB)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Gendang Beleq adalah
salah satu alat musik tradisional NTB yang terkenal. Alat musik ini terdiri
dari sepasang gendang besar yang dimainkan secara bersama-sama untuk
menghasilkan suara yang berdentum-dentum dan menggetarkan.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">36. Sasando asal Nusa Tenggara Timur
(NTT)<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sasando merupakan
salah satu alat musik tradisional khas NTT yang unik. Alat musik ini terbuat
dari seikat bambu yang ditekuk dan dianyam hingga membentuk corong seperti
sasando. Sasando dimainkan dengan cara dipetik dan menghasilkan suara yang khas
dan merdu.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">37. Terompet Reog asal Jawa Timur<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Terompet Reog adalah
salah satu alat musik tradisional Jawa Timur yang terkenal. Alat musik ini
terbuat dari bahan kuningan dan memiliki bentuk seperti terompet. Terompet Reog
biasanya dimainkan bersama-sama dengan alat musik tradisional lainnya untuk
mengiringi tarian Reog.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">38. Atowo asal Papua<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Atowo merupakan alat
musik tradisional khas Papua yang terbuat dari kayu dan diberi corong di bagian
ujungnya. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik dan menghasilkan suara
yang khas dan merdu.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">39. Cangor asal Jambi<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Cangor adalah alat
musik tradisional Jambi yang digunakan untuk mengiringi tarian tradisional
seperti tari Persembahan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang diberi
kulit binatang di salah satu sisinya dan dimainkan dengan menggunakan tangan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">40. Kecrek asal Betawi<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kecrek adalah alat
musik tradisional khas Betawi yang terbuat dari seikat bambu yang diberi lubang
kecil. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dan menghasilkan suara yang
khas dan merdu.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span lang="IN">10 alat musik tradisional apa saja?<o:p></o:p></span></h2><div><span lang="IN">Tabel 10 alat musik tradisional</span></div><div><span lang="IN"><table style="--tw-border-spacing-x: 0px; --tw-border-spacing-y: 0px; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; background-color: #f7f7f8; border-color: inherit; border-image: initial; border-spacing: var(--tw-border-spacing-x) var(--tw-border-spacing-y); border-style: solid; border-width: 0px; color: #374151; font-family: Söhne, ui-sans-serif, system-ui, -apple-system, "Segoe UI", Roboto, Ubuntu, Cantarell, "Noto Sans", sans-serif, "Helvetica Neue", Arial, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol", "Noto Color Emoji"; font-size: 0.875em; line-height: 1.71429; margin-bottom: 2em; margin-top: 2em; table-layout: auto; text-indent: 0px; white-space: pre-wrap; width: 653px;"><thead style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-th-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border: 0px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box;"><th style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; background-color: rgba(236, 236, 241, 0.2); border-top-left-radius: 0.375rem; border-top-right-radius: 0.375rem; border: 1px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box; color: var(--tw-prose-headings); padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: bottom;">10 Alat Musik Tradisional</th></tr></thead><tbody style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border: 0px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box;"><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">1. Angklung</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">2. Aramba</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">3. Bonang</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">4. Doli-doli</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">5. Gong</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">6. Gendang</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">7. Kecapi</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">8. Kolintang</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">9. Rebab</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-left-radius: 0.375rem; border-bottom-right-radius: 0.375rem; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">10. Sape
</td></tr></tbody></table></span></div>
<h2><span lang="IN">15 alat musik tradisional apa saja?<o:p></o:p></span></h2><div><span lang="IN">Tabel 15 alat musik tradisional</span></div><div><span lang="IN"><table style="--tw-border-spacing-x: 0px; --tw-border-spacing-y: 0px; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; background-color: #f7f7f8; border-color: inherit; border-image: initial; border-spacing: var(--tw-border-spacing-x) var(--tw-border-spacing-y); border-style: solid; border-width: 0px; color: #374151; font-family: Söhne, ui-sans-serif, system-ui, -apple-system, "Segoe UI", Roboto, Ubuntu, Cantarell, "Noto Sans", sans-serif, "Helvetica Neue", Arial, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol", "Noto Color Emoji"; font-size: 0.875em; line-height: 1.71429; margin-bottom: 2em; margin-top: 2em; table-layout: auto; text-indent: 0px; white-space: pre-wrap; width: 653px;"><thead style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-th-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border: 0px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box;"><th style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; background-color: rgba(236, 236, 241, 0.2); border-top-left-radius: 0.375rem; border-top-right-radius: 0.375rem; border: 1px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box; color: var(--tw-prose-headings); padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: bottom;">15 Alat Musik Tradisional</th></tr></thead><tbody style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border: 0px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box;"><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">1. Angklung</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">2. Aramba</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">3. Bonang</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">4. Doli-doli</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">5. Gong</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">6. Gendang</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">7. Kecapi</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">8. Kolintang</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">9. Rebab</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">10. Sape</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">11. Demung</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">12. Ganda</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">13. Geso-geso</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">14. Burdah</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-left-radius: 0.375rem; border-bottom-right-radius: 0.375rem; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">15. Guriding</td></tr></tbody></table></span></div>
<h2><span lang="IN">20 alat musik tradisional apa saja?</span><o:p></o:p></h2><div><span lang="IN">20 Alat musik tradisional</span></div><div><span lang="IN"><table style="--tw-border-spacing-x: 0px; --tw-border-spacing-y: 0px; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; background-color: #f7f7f8; border-color: inherit; border-image: initial; border-spacing: var(--tw-border-spacing-x) var(--tw-border-spacing-y); border-style: solid; border-width: 0px; color: #374151; font-family: Söhne, ui-sans-serif, system-ui, -apple-system, "Segoe UI", Roboto, Ubuntu, Cantarell, "Noto Sans", sans-serif, "Helvetica Neue", Arial, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol", "Noto Color Emoji"; font-size: 0.875em; line-height: 1.71429; margin-bottom: 0px; margin-top: 2em; table-layout: auto; text-indent: 0px; white-space: pre-wrap; width: 653px;"><thead style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-th-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border: 0px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box;"><th style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; background-color: rgba(236, 236, 241, 0.2); border-top-left-radius: 0.375rem; border-top-right-radius: 0.375rem; border: 1px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box; color: var(--tw-prose-headings); padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: bottom;">20 Alat Musik Tradisional</th></tr></thead><tbody style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border: 0px solid rgb(217, 217, 227); box-sizing: border-box;"><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">1. Angklung</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">2. Aramba</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">3. Bonang</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">4. Doli-doli</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">5. Gong</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">6. Gendang</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">7. Kecapi</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">8. Kolintang</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">9. Rebab</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">10. Sape</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">11. Demung</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">12. Ganda</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">13. Geso-geso</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">14. Burdah</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">15. Guriding</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">16. Lalove</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">17. Pupuik Tanduak</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">18. Suling</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px 0px 1px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">19. Siter</td></tr><tr style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-color: var(--tw-prose-td-borders); border-image: initial; border-left-color: rgb(217, 217, 227); border-right-color: rgb(217, 217, 227); border-style: solid; border-top-color: rgb(217, 217, 227); border-width: 0px; box-sizing: border-box;"><td style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-ring-color: rgba(59,130,246,0.5); --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-offset-shadow: 0 0 transparent; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-shadow: 0 0 transparent; --tw-rotate: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-shadow-colored: 0 0 transparent; --tw-shadow: 0 0 transparent; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; border-bottom-left-radius: 0.375rem; border-bottom-right-radius: 0.375rem; border-color: rgb(217, 217, 227); border-image: initial; border-style: solid; border-width: 0px 1px 1px; box-sizing: border-box; padding: 0.25rem 0.75rem; vertical-align: baseline;">20. Talindo</td></tr></tbody></table></span></div>Rahmahttp://www.blogger.com/profile/03852588834443162103noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-11875881263429909372023-05-07T06:50:00.002-07:002023-05-07T06:50:22.693-07:00Aramba Berasal Dari? Alat Musik Tradisional dari Suku Nias<p>Suku Nias, salah satu
suku bangsa asli Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nias, Sumatera Utara,
memiliki kebudayaan yang kaya dan unik. Salah satu aspek kebudayaan suku Nias
yang menarik perhatian adalah musik tradisionalnya, yang terkenal dengan alat musiknya
yang bernama Aramba. Aramba merupakan alat musik tabuh yang terbuat dari bahan
kayu dan biasanya dimainkan dalam kelompok.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY2fqwnqj_lLaPZWGkqLFNxLMe3TKnSWekWWVBDFQgm_WhN2JTGjXFiTZs3V93BO-5UK3mu71YUCo9M94WIiyn1zHmUqNVfpsxk2ae4NzxEgtFyHVbwvj8fMzbp3_f2lbaqZRZkn4WskzgiVq7cZ1VBOmz5wee14Cgyl2Syfib4eaXoE_XwzHpX_G7Cg/s790/aramba.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="aramba berasal dari" border="0" data-original-height="572" data-original-width="790" height="290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY2fqwnqj_lLaPZWGkqLFNxLMe3TKnSWekWWVBDFQgm_WhN2JTGjXFiTZs3V93BO-5UK3mu71YUCo9M94WIiyn1zHmUqNVfpsxk2ae4NzxEgtFyHVbwvj8fMzbp3_f2lbaqZRZkn4WskzgiVq7cZ1VBOmz5wee14Cgyl2Syfib4eaXoE_XwzHpX_G7Cg/w400-h290/aramba.png" title="aramba berasal dari" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Alat Musik Aramba - source: lagudaerah.id</td></tr></tbody></table>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sejarah Aramba<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba diyakini
berasal dari zaman pra-sejarah dan digunakan sebagai alat musik ritual.
Fungsinya pada awalnya adalah sebagai sarana komunikasi antar penduduk Nias,
khususnya dalam situasi darurat atau perang. Selain itu, Aramba juga digunakan
dalam berbagai upacara adat<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Bentuk dan Pembuatan Aramba<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba memiliki bentuk
yang unik, terdiri dari bagian bulat dan pipih. Ukuran Aramba bervariasi, mulai
dari yang kecil hingga yang besar, tergantung pada jenis dan fungsi dari Aramba
tersebut. Bahan pembuatan Aramba adalah kayu yang keras, seperti kayu waru,
kayu karemo, atau kayu hura-hura. Proses pembuatan Aramba biasanya dilakukan
oleh para pengrajin tradisional yang ahli dalam membuat alat musik tradisional.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Cara Bermain Aramba<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Cara memainkan Aramba
cukup sederhana, yaitu dengan menabuh bagian bulat Aramba menggunakan telapak
tangan, sedangkan bagian pipihnya dipegang dengan tangan yang lain. Ketika
dimainkan, Aramba menghasilkan suara ritmis yang khas dan berirama, tergantung
pada teknik dan posisi bermain Aramba. Aramba biasanya dimainkan bersama-sama
dengan alat musik lainnya dalam sebuah pertunjukan musik tradisional suku Nias.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Peran Aramba dalam Upacara Adat Suku
Nias<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba memiliki peran
yang penting dalam upacara adat suku Nias, seperti dalam upacara perkawinan,
upacara adat peralihan usia, dan upacara adat pemakaman. Fungsi Aramba dalam
upacara adat ini adalah sebagai simbol kesatuan, keharmonisan, dan keseimbangan
dalam kehidupan sosial budaya suku Nias. Aramba juga digunakan sebagai sarana
untuk berkomunikasi dengan para leluhur dan roh-roh yang diyakini mempengaruhi
kehidupan manusia.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Pengaruh Aramba terhadap Musik
Nusantara<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba, sebagai salah
satu alat musik tradisional Indonesia, telah memberikan kontribusi yang besar
terhadap kekayaan musik Nusantara. Aramba tidak hanya dikenal dan dipelajari
oleh para ahli musik, tetapi juga diakui sebagai salah satu alat musik yang memiliki
keunikan dan ciri khas tersendiri. Kolaborasi antara Aramba dengan alat musik
dari daerah lain di Indonesia juga telah menghasilkan berbagai karya musik yang
indah dan beragam.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba sebagai Warisan Budaya Tak
Benda<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba telah diakui
oleh Pemerintah Indonesia sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tahun
2018. Penerimaan tersebut menunjukkan pentingnya menjaga kelestarian Aramba
sebagai bagian dari kekayaan musik dan budaya Indonesia. Namun, Aramba masih
menghadapi ancaman kepunahan yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
perubahan gaya hidup masyarakat dan kehilangan minat terhadap budaya
tradisional. Oleh karena itu, upaya pelestarian Aramba harus terus dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Upaya Pelestarian Aramba<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Untuk menjaga
kelestarian Aramba, perlu dilakukan beberapa upaya pelestarian, antara lain:<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">1. Mengadakan Pelatihan dan
Pendidikan<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Pelatihan dan
pendidikan tentang pembuatan dan pemakaian Aramba dapat dilakukan kepada
masyarakat, terutama generasi muda. Dengan demikian, pengetahuan tentang Aramba
dapat terus dijaga dan dipelajari oleh generasi selanjutnya.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">2. Meningkatkan Keterlibatan
Masyarakat<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Masyarakat perlu
terlibat aktif dalam menjaga kelestarian Aramba. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengadakan pertunjukan musik tradisional yang melibatkan Aramba, serta
mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga budaya dan warisan nenek moyang.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">3. Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Peningkatan
pemberdayaan ekonomi bagi pengrajin Aramba dapat menjadi salah satu cara untuk
menjaga kelestarian Aramba. Dengan meningkatkan perekonomian pengrajin Aramba,
maka mereka akan terus memproduksi Aramba, sehingga kelestariannya dapat
terjaga.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">4. Perlindungan Hukum<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Perlindungan hukum
terhadap Aramba dapat dilakukan dengan memberikan pengakuan secara resmi dari
pemerintah, serta melakukan pengawasan terhadap pembuatan dan penggunaan Aramba
secara ilegal.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Dari Mana Asal Alat Musik Aramba?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba berasal dari
suku Nias yang merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Suku Nias sendiri
bermukim di Pulau Nias, Sumatera Utara.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Bagaimana Cara Memainkan Alat Musik
Aramba?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Cara memainkan Aramba
cukup sederhana, yaitu dengan menabuh bagian bulat Aramba menggunakan telapak
tangan, sedangkan bagian pipihnya dipegang dengan tangan yang lain.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Apa Nama Alat Musik Khas Sumatera?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Selain Aramba,
terdapat juga beberapa alat musik khas Sumatera lainnya seperti Gondang
Sabangunan, Serunai, dan Rabab Pariaman.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Apa Fungsi dari Alat Musik Aramba?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba memiliki fungsi
sebagai simbol kesatuan, keharmonisan, dan keseimbangan dalam kehidupan sosial
budaya suku Nias. Aramba juga digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi
dengan para leluhur dan roh-roh yang diyakini mempengaruhi kehidupan manusia.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)<o:p></o:p></span></h2>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">1. Apa saja jenis Aramba yang ada di
suku Nias?<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Terdapat beberapa
jenis Aramba di suku Nias, seperti Aramba Guni, Aramba Tua, dan Aramba Bolohi.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">2. Apa saja fungsi Aramba dalam
upacara adat suku Nias?<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba memiliki fungsi
sebagai simbol kesatuan, keharmonisan, dan keseimbangan dalam kehidupan sosial
budaya suku Nias. Aramba juga digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi
dengan para leluhur dan roh-roh yang diyakini mempengaruhi kehidupan manusia.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">3. Bagaimana cara memainkan Aramba?<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Cara memainkan Aramba
cukup sederhana, yaitu dengan menabuh bagian bulat Aramba menggunakan telapak
tangan, sedangkan bagian pipihnya dipegang dengan tangan yang lain.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">4. Apa saja upaya pelestarian Aramba
yang perlu dilakukan?<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Upaya pelestarian
Aramba antara lain adalah mengadakan pelatihan dan pendidikan, meningkatkan
keterlibatan masyarakat, peningkatan pemberdayaan ekonomi, dan perlindungan
hukum.<o:p></o:p></span></p>
<h3><span style="mso-ansi-language: EN-US;">5. Apakah Aramba telah diakui sebagai
warisan budaya tak benda Indonesia?<o:p></o:p></span></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Ya, Aramba telah
diakui oleh Pemerintah Indonesia sebagai warisan budaya tak benda Indonesia
pada tahun 2018.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Dengan adanya upaya
pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, diharapkan Aramba
dapat terus dijaga kelestariannya sebagai bagian dari kekayaan musik dan budaya
Indonesia.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aramba merupakan salah
satu alat musik tradisional yang unik dan khas dari suku Nias. Aramba tidak
hanya memiliki nilai estetika dan artistik yang tinggi, tetapi juga memiliki
makna dan fungsi yang penting dalam kehidupan sosial budaya suku Nias.<o:p></o:p></span></p>Rahmahttp://www.blogger.com/profile/03852588834443162103noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-8353042466485269502023-05-04T07:34:00.001-07:002023-05-04T07:34:17.420-07:00Tari Kuda Lumping Berasal dari Mana? Ini Jawabannya<p>Apakah kamu pernah
mendengar tentang Tari Kuda Lumping? Bagi sebagian orang, mungkin tarian ini
masih terdengar asing di telinga. Namun, tarian tradisional ini sebenarnya
sudah ada sejak lama dan menjadi bagian dari budaya Indonesia.</p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping berasal
dari daerah Jawa Timur, Indonesia. Tarian ini memiliki sejarah yang panjang dan
beragam makna di balik setiap gerakannya. Apa sejarah dan makna dari Tari Kuda
Lumping?<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_FOCTEFHiyAopBfMEK81raKxTXfWt9nbvAqh6BBjEkwz8TwDSScMGr9xk0Hjyq_OargY1lYGEaoVZbxku6IdFWuYhH8EqkSsSZ2luY2dpiBC5f5T3sI74SayuZ_9higZ8311BBDNZQpvtB2RBKeY7fal4Lhb6H30G3PYbDBBjz3DKvgJYY3eGDbmUCA/s1024/Kuda_Lumping_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="tari kuda lumping" border="0" data-original-height="714" data-original-width="1024" height="446" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_FOCTEFHiyAopBfMEK81raKxTXfWt9nbvAqh6BBjEkwz8TwDSScMGr9xk0Hjyq_OargY1lYGEaoVZbxku6IdFWuYhH8EqkSsSZ2luY2dpiBC5f5T3sI74SayuZ_9higZ8311BBDNZQpvtB2RBKeY7fal4Lhb6H30G3PYbDBBjz3DKvgJYY3eGDbmUCA/w640-h446/Kuda_Lumping_1.jpg" title="tari kuda lumping" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tari kuda lumping foto @wikipedia</td></tr></tbody></table><br /><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sejarah dan Makna Tari Kuda Lumping<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping
awalnya berasal dari daerah Malang, Jawa Timur. Menurut sejarah, tarian ini
muncul pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Pada saat itu, masyarakat
Indonesia merasa tertindas dan memerlukan sarana untuk melawan penjajah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping
menjadi media perlawanan yang disusun dengan simbol-simbol yang memiliki makna
khusus. Salah satu contohnya adalah tarian yang dilakukan dengan membawa kuda
lumping sebagai simbol kesaktian dan keberanian. Tari Kuda Lumping juga menjadi
media dakwah bagi para ulama untuk menyebarkan ajaran Islam.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Jenis Tari Kuda Lumping<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping
memiliki beberapa jenis, di antaranya adalah:<o:p></o:p></span></p>
<ul style="margin-top: 0cm;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping Jaran Kepang<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping Jaran Pegon<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping Jaran Dawuk<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping Jaran Sleding<o:p></o:p></span></li>
</ul>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Setiap jenis Tari Kuda
Lumping memiliki ciri khas dan gerakan yang berbeda-beda. Namun, semua jenis
tarian ini memiliki kesamaan yaitu menggunakan kuda lumping sebagai properti
penting dalam pertunjukan.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Properti Tari Kuda Lumping<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Properti yang
digunakan dalam Tari Kuda Lumping cukup beragam. Beberapa properti yang biasa
digunakan dalam tarian ini adalah:<o:p></o:p></span></p>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Anyaman Kuda<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Baju Atasan<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kaos Kaki Panjang<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Gelang Hias<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sesumping<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Apok<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rompi<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Cambuk<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Parang Imitasi<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aksesoris<o:p></o:p></span></li>
</ol>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Alat Musik Pengiring Tari Kuda
Lumping<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping
tidak lengkap tanpa alat musik pengiring yang khas. Alat musik yang sering
digunakan dalam Tari Kuda Lumping antara lain:<o:p></o:p></span></p>
<ul style="margin-top: 0cm;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kendang<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Gong<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Saron<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Demung<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Bonang<o:p></o:p></span></li>
</ul>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Alat musik ini
digunakan untuk membangun suasana ritmis dan mengiringi gerakan-gerakan Tari
Kuda Lumping.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping Berasal dari Jawa
Apa?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping
merupakan tarian tradisional yang berasal dari Jawa Timur, Indonesia. Tarian
ini sudah ada sejak lama dan menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Jawa
Timur.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Di Manakah Berasal Tari Kuda Lumping?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping
berasal dari daerah Malang, Jawa Timur. Di daerah ini, tarian ini masih menjadi
salah satu bagian penting dari kebudayaan dan tradisi masyarakat setempat.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Berasal dari Mana Tari Kuda Lumping
dan Apa Propertinya?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tari Kuda Lumping
awalnya muncul pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Pada saat itu,
masyarakat Indonesia merasa tertindas dan memerlukan sarana untuk melawan
penjajah. Tari Kuda Lumping menjadi media perlawanan yang disusun dengan
simbol-simbol yang memiliki makna khusus.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Properti yang
digunakan dalam Tari Kuda Lumping cukup beragam dan memiliki makna tersendiri.
Beberapa properti yang sering digunakan dalam tarian ini antara lain anyaman
kuda, baju atasan, kaos kaki panjang, gelang hias, sesumping, apok, rompi,
cambuk, parang imitasi, dan aksesoris. Setiap properti tersebut memiliki
fungsinya masing-masing dalam pertunjukan tari.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Apa Properti Tari Kuda Lumping dan
Fungsinya?<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Berikut adalah
beberapa properti Tari Kuda Lumping beserta fungsinya:<o:p></o:p></span></p>
<ul style="margin-top: 0cm;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Anyaman kuda: properti utama dalam Tari
Kuda Lumping yang melambangkan kesaktian dan keberanian.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Baju atasan: baju berwarna-warni yang
dikenakan oleh para penari dan memiliki fungsi estetika dalam tarian.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kaos kaki panjang: kaos kaki berwarna
merah yang melambangkan kekuatan dan keberanian dalam pertunjukan tari.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Gelang hias: gelang yang dikenakan pada
tangan dan memiliki fungsi estetika dalam tarian.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sesumping: topi khas Jawa Timur yang
dikenakan oleh para penari dan melambangkan kesakralan dalam pertunjukan
tari.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Apok: alat musik berbentuk gong yang
digunakan sebagai pengiring musik dalam pertunjukan tari.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rompi: baju khas Jawa Timur yang dikenakan
oleh para penari dan memiliki fungsi estetika dalam tarian.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Cambuk: alat yang digunakan oleh penari
sebagai properti dalam pertunjukan tari.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Parang imitasi: properti yang digunakan
oleh penari sebagai aksesoris dalam pertunjukan tari.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Aksesoris: aksesoris seperti kalung,
gelang, dan anting yang dikenakan oleh para penari dan memiliki fungsi
estetika dalam tarian.<o:p></o:p></span></li>
</ul>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Dalam Tari Kuda
Lumping, setiap properti memiliki makna tersendiri dan menjadi bagian penting
dari keseluruhan pertunjukan. Maka dari itu, penggunaan properti harus
diperhatikan dengan baik untuk menghasilkan pertunjukan yang berkualitas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Itulah sedikit ulasan
tentang Tari Kuda Lumping, tarian tradisional Indonesia yang memiliki sejarah
dan makna yang begitu dalam. Semoga ulasan ini bisa menambah wawasan dan rasa
cinta kita terhadap budaya Indonesia.<o:p></o:p></span></p>Rahmahttp://www.blogger.com/profile/03852588834443162103noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-15449099140572462462023-05-04T07:15:00.002-07:002023-05-04T07:15:52.477-07:00Rumah Adat Tongkonan Berasal dari Provinsi Apa? Ini Asal Usul dan Karakteristik Unik<p>Rumah adat Tongkonan
adalah rumah tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan, Indonesia.
Bangunan Tongkonan memiliki bentuk yang unik dan khas, serta memiliki nilai
historis dan budaya yang tinggi. Artikel ini akan membahas tentang asal usul
dan karakteristik unik rumah adat Tongkonan.</p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Pengenalan<o:p></o:p></span></h2><div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKULAaqhdv27HkTFSCQHeRxymWok3HzyujG4QDbKCvPsZPP31WsAX2TPcRd_nYTohoT-pFrD8cbEVDTJ6HxsAG_uMx2MAOtkw6qjWFLa7qnsOrvw7ej_S8VIUltHyFSGE5thAHDhz3O_RlbXTJEdf-lTsGkPftNWzonO2Hwh6NyOdPJg_b6pDkTWq3wQ/s1024/rumah%20adat%20tongkonan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="rumah tongkonan" border="0" data-original-height="706" data-original-width="1024" height="442" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKULAaqhdv27HkTFSCQHeRxymWok3HzyujG4QDbKCvPsZPP31WsAX2TPcRd_nYTohoT-pFrD8cbEVDTJ6HxsAG_uMx2MAOtkw6qjWFLa7qnsOrvw7ej_S8VIUltHyFSGE5thAHDhz3O_RlbXTJEdf-lTsGkPftNWzonO2Hwh6NyOdPJg_b6pDkTWq3wQ/w640-h442/rumah%20adat%20tongkonan.jpg" title="rumah tongkonan" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rumah adat tongkonan foto @ravesiseba, seringjalan.com</td></tr></tbody></table><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
merupakan salah satu bentuk warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai
sejarah yang penting. Bangunan Tongkonan biasanya ditemukan di daerah Tana
Toraja, Sulawesi Selatan. Tongkonan adalah rumah adat yang dihuni oleh
masyarakat Toraja, yang dikenal sebagai suku yang mempunyai kebudayaan dan adat
istiadat yang unik.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Sejarah dan Asal Usul<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
memiliki sejarah yang panjang. Menurut legenda, Tongkonan pertama kali dibangun
oleh seorang leluhur suku Toraja bernama Puang Matua. Beliau memperoleh ilham
untuk membuat Tongkonan setelah melihat sebuah telur yang pecah dan membentuk
bagian atas dan bawah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan awalnya
dibangun untuk dijadikan tempat tinggal oleh keluarga adat Toraja. Namun,
seiring berjalannya waktu, bangunan ini juga digunakan untuk kegiatan ritual
adat dan upacara adat, seperti perkawinan, pemakaman, dan upacara adat lainnya.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Karakteristik Unik Rumah Adat
Tongkonan<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
memiliki beberapa karakteristik yang unik. Beberapa karakteristik tersebut di
antaranya adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Bentuk Bangunan<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Bangunan Tongkonan
memiliki bentuk yang khas. Bangunan ini biasanya memiliki atap yang berbentuk
pelana yang tinggi dan runcing di kedua sisinya. Bagian atap yang runcing
tersebut terbuat dari bambu yang dilapisi oleh kayu. Selain itu, rumah adat
Tongkonan juga memiliki pagar kayu yang dikenal sebagai pa'rasangan.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Filosofi dan Makna<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan juga
memiliki filosofi dan makna yang mendalam. Salah satu makna dari Tongkonan
adalah sebagai simbol dari mitologi Toraja tentang dunia. Bagian atap yang
tinggi dan runcing melambangkan alam atas atau dunia roh, sedangkan bagian
bawah melambangkan alam bawah atau dunia manusia.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Material Bangunan<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
dibuat dari kayu yang berkualitas tinggi, seperti kayu jati, meranti, dan
kahoi. Selain itu, Tongkonan juga menggunakan bambu sebagai material untuk
bagian atap.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Pentingnya Rumah Adat Tongkonan<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
sangat penting bagi masyarakat Toraja. Bangunan ini memiliki nilai historis dan
budaya yang tinggi, dan digunakan sebagai tempat tinggal serta kegiatan upacara
adat. Selain itu, Tongkonan juga menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan yang
berkunjung ke Sulawesi Selatan.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai sejarah dan
budaya yang penting. Karakteristik unik rumah adat Tongkonan seperti bentuk
bangunan, filosofi dan makna, serta material bangunan membuatnya menjadi salah
satu bangunan tradisional yang sangat menarik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
juga memiliki pentingnya bagi masyarakat Toraja sebagai tempat tinggal dan
kegiatan upacara adat. Selain itu, Tongkonan juga menjadi daya tarik wisata
bagi wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Selatan.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">FAQ<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">1. Apa yang
dimaksud dengan rumah adat Tongkonan?<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
adalah rumah tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan, Indonesia dan
dihuni oleh masyarakat Toraja.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">2. Apa yang membuat
Tongkonan unik?<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan memiliki
beberapa karakteristik yang unik seperti bentuk bangunan, filosofi dan makna,
serta material bangunan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">3. Di mana
Tongkonan ditemukan?<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan biasanya
ditemukan di daerah Tana Toraja, Sulawesi Selatan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">4. Apa makna dari
Tongkonan?<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan memiliki
makna sebagai simbol dari mitologi Toraja tentang dunia, dimana bagian atap
yang tinggi dan runcing melambangkan alam atas atau dunia roh, sedangkan bagian
bawah melambangkan alam bawah atau dunia manusia.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">5. Mengapa
Tongkonan penting bagi masyarakat Toraja?<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan penting bagi
masyarakat Toraja sebagai tempat tinggal dan kegiatan upacara adat, serta
sebagai warisan budaya yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang penting.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">6. Rumah adat
Tongkonan berasal provinsi apa?<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">7. Rumah adat
Tongkonan berasal dari provinsi mana dan keunikannya apa?<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan dan memiliki keunikan pada bentuk
bangunan yang unik dengan atap yang tinggi dan runcing, serta filosofi dan
makna yang dalam.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">8. Apa nama
provinsi Tongkonan?<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tongkonan bukanlah
nama provinsi, melainkan nama untuk rumah adat tradisional yang berasal dari
daerah Tana Toraja di Provinsi Sulawesi Selatan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">9. Apakah rumah
tongkonan berasal dari Sulawesi Selatan?<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Ya, rumah Tongkonan
berasal dari Sulawesi Selatan dan merupakan warisan budaya yang sangat penting
bagi masyarakat Toraja di daerah tersebut.<o:p></o:p></span></p>
<h2><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Akhir Kata<o:p></o:p></span></h2>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Rumah adat Tongkonan
adalah salah satu bangunan tradisional Indonesia yang memiliki nilai sejarah
dan budaya yang penting. Melalui artikel ini, diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan dan merawat warisan budaya
Indonesia.<o:p></o:p></span></p>Rahmahttp://www.blogger.com/profile/03852588834443162103noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-75062273606964078272023-04-05T05:22:00.005-07:002023-04-05T05:23:11.604-07:005 Artis Seni Rupa Terkenal Yang Wajib Diketahui<p>Seni rupa adalah salah
satu jenis seni yang memiliki keunikan dan keindahan tersendiri. Seni rupa
dapat dibuat dengan berbagai macam media seperti cat, pensil, kanvas, kayu,
kaca, dan masih banyak lagi. Salah satu bentuk seni rupa yang paling populer
adalah lukisan. Seniman seni rupa sangatlah penting dalam membentuk dunia seni
rupa, dan pada artikel ini, kita akan membahas tentang 5 artis seni rupa
terkenal yang wajib diketahui.</p>
<h3 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">1. Vincent van Gogh</span></b></h3>
<p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQI2BLcZKb5-b5w59-qbzAjdArzKJzBBMD_KSPYb5J-nXR5bpQZ2qgGyjDsbNEStUmDSOyk-oRwc30cMNDqShHRw74FrAn9d9ZtoqhSXYfab6G5I42MG9gatcEijTXIBEkagrw1PdPVySEMKRvJ7fuMe1mdX8VklR5Jueu8XNGt0iKSAg5TBV9qVViLA/s656/van.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Vincent van Gogh" border="0" data-original-height="656" data-original-width="520" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQI2BLcZKb5-b5w59-qbzAjdArzKJzBBMD_KSPYb5J-nXR5bpQZ2qgGyjDsbNEStUmDSOyk-oRwc30cMNDqShHRw74FrAn9d9ZtoqhSXYfab6G5I42MG9gatcEijTXIBEkagrw1PdPVySEMKRvJ7fuMe1mdX8VklR5Jueu8XNGt0iKSAg5TBV9qVViLA/w254-h320/van.png" title="Vincent van Gogh" width="254" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Vincent van Gogh
adalah seorang seniman post-impressionis yang terkenal dengan karya-karyanya
yang indah dan berwarna cerah. Ia dilahirkan di Belanda pada tahun 1853 dan
meninggal pada tahun 1890 di Prancis. Karya terkenalnya adalah "The Starry
Night" yang merupakan lukisan pemandangan malam yang indah. Selain itu, ia
juga dikenal dengan lukisan-lukisan bunga yang cantik seperti
"Sunflowers".<o:p></o:p></span></p>
<h3 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">2. Pablo Picasso</span></b></h3>
<p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiX96qLBgtWlLt-oy6ruZbTgvjRjhXhbVj5u3vUOG-WfCM-HvXzUM8-hTIQbsPvmaDrc_AfLV4CAiXLao3vpuMin22B3_sK55-9ilhbxwn_ZKvIno1y7l7Rx-wssXc4Q3L9X80_j60M6y0xh-oTSMrpqnB3TCbbtdVPoVL8qEcK8sr5aGwDw-SiqM-jQ/s718/pablo.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pablo Picasso" border="0" data-original-height="718" data-original-width="520" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiX96qLBgtWlLt-oy6ruZbTgvjRjhXhbVj5u3vUOG-WfCM-HvXzUM8-hTIQbsPvmaDrc_AfLV4CAiXLao3vpuMin22B3_sK55-9ilhbxwn_ZKvIno1y7l7Rx-wssXc4Q3L9X80_j60M6y0xh-oTSMrpqnB3TCbbtdVPoVL8qEcK8sr5aGwDw-SiqM-jQ/w232-h320/pablo.png" title="Pablo Picasso" width="232" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Pablo Picasso adalah
seorang seniman Spanyol yang terkenal dengan gaya seni abstraknya. Ia lahir
pada tahun 1881 dan meninggal pada tahun 1973 di Prancis. Salah satu karya
terkenalnya adalah "Les Demoiselles d'Avignon" yang merupakan salah
satu karya seni abstrak yang paling terkenal di dunia.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">3. Salvador Dali<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Salvador Dali adalah
seorang seniman Spanyol yang terkenal dengan karya-karyanya yang surreal dan
unik. Ia lahir pada tahun 1904 dan meninggal pada tahun 1989 di Spanyol. Karya
terkenalnya adalah "The Persistence of Memory" yang menunjukkan jam
meleleh di atas lanskap yang aneh dan tak lazim.<o:p></o:p></span></p>
<h3 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">4. Leonardo da
Vinci</span></b></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Leonardo da Vinci
adalah seorang seniman Italia yang dikenal sebagai salah satu seniman paling
berbakat dalam sejarah seni rupa. Ia lahir pada tahun 1452 dan meninggal pada
tahun 1519 di Italia. Karya terkenalnya termasuk "Mona Lisa" dan
"The Last Supper".<o:p></o:p></span></p>
<h3 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">5. Frida Kahlo</span></b></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Frida Kahlo adalah
seorang seniman Meksiko yang terkenal dengan lukisan-lukisannya yang
berwarna-warni dan menggambarkan kehidupan pribadinya. Ia lahir pada tahun 1907
dan meninggal pada tahun 1954 di Meksiko. Karya terkenalnya termasuk "The
Two Fridas" dan "Self-Portrait with Thorn Necklace and
Hummingbird".<o:p></o:p></span></p>
<h3 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kesimpulan</span></b></h3>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Seni rupa adalah
bentuk seni yang sangat penting dalam kehidupan kita. Seniman seni rupa
terkenal seperti Vincent van Gogh, Pablo Picasso, Salvador Dali, Leonardo da
Vinci, dan Frida Kahlo telah meninggalkan warisan seni yang luar biasa. Kita
dapat mempelajari banyak hal dari karya-karya mereka dan meningkatkan apresiasi
kita terhadap seni rupa.<o:p></o:p></span></p>
<h3 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">FAQ</span></b></h3>
<h4 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">1. Apa yang membuat
seni rupa begitu penting dalam kehidupan kita?</span></b></h4>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Seni rupa memberikan
cara baru bagi manusia untuk mengekspresikan perasaan, gagasan, dan emosi
mereka dengan cara yang unik dan indah. Selain itu, seni rupa juga membantu
mempertahankan keindahan dan keunikan dunia sekitar kita.<o:p></o:p></span></p>
<h4 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">2. Bagaimana seni
rupa dapat mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari?</span></b></h4>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Seni rupa dapat
mempengaruhi kehidupan kita dalam banyak cara. Kita dapat menemukan seni rupa
di mana-mana, dari lukisan di dinding hingga patung di taman kota. Seni rupa
juga dapat memberikan pengalaman emosional yang dalam dan membantu kita
memahami dunia dengan cara yang lebih kreatif.<o:p></o:p></span></p>
<h4 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">3. Apakah seni rupa
hanya untuk dinikmati oleh orang-orang yang terlatih dalam seni?</span></b></h4>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Tidak, seni rupa dapat
dinikmati oleh siapa saja tanpa memandang latar belakang pendidikan atau
pengalaman seni. Seni rupa dapat memberikan pengalaman yang indah dan
bermanfaat bagi semua orang.<o:p></o:p></span></p>
<h4 style="text-align: left;"><b><span style="mso-ansi-language: EN-US;">4. Apa yang dapat
kita pelajari dari karya seni rupa?</span></b></h4>
<p class="MsoNormal"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kita dapat belajar
banyak tentang sejarah, budaya, dan masyarakat dari karya seni rupa. Karya seni
rupa dapat memberikan wawasan baru tentang dunia sekitar kita dan membantu kita
memahami dunia dengan cara yang lebih luas dan kreatif.<o:p></o:p></span></p>Kamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-54079316282853808442022-02-14T19:26:00.002-08:002022-02-14T19:26:29.155-08:00Unsur Dasar Seni Rupa<p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; white-space: pre-wrap;">Seni adalah suatu karya dari hasil keahlian yang sangat bermutu, hasil karya seni dapat berupa visual, audio, hingga pagelaran yang mewakili imajinasi, gagasan, dan isi hati si pembuatnya. Contoh karya seni seperti lukisan, ukiran, tari dan music. Seni yang bermutu dapat dinilai dari keindahan, bentuk, fungsi, makna dan sebagainya.</span></p><span id="docs-internal-guid-c2e3bd4e-7fff-7a67-b523-4e4a7823b254"><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Seni tediri atas 5 cabang yaitu seni rupa, seni tari, seni music, seni teater, dan seni sastra. Fungsi utama dari seni adalah sebagai media artistic, juga terbagi atas dua jenis yaitu fungsi individu dan fungsi social. Fungsi individu dapat berupa pemenuhan kebutuhan emosional dan pemenuhan kebutuhan fisik, jadi tak heran jika para seniman kerap kali membuat seni yang menggambarkan kondisi dan keadaan emosional mereka. Fungsi sosialnya yaitu digunakan dalam keagamaan, pendidikan, komunikasi, terapi, fungsi guna (dipakai untuk kebutuhan rumah tangga), hinga kebutuhan artistic.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="border: none; display: inline-block; height: 221px; overflow: hidden; width: 221px;"><img alt="Unsur Dasar Seni Rupa" height="200" src="https://lh4.googleusercontent.com/juaB0JEGJ3E4D7XHLzEYZqIBvRoZgdRdeYjfIAesMtq-_cL7zr2dI5l7BsY4egvUSS8DVn8NR2NZTco-_XbSWBTGdPjJe21yEjjS6ke_L7RaYfe_C-WpePnEpEnvP6XQJxRjOrgS=w200-h200" style="margin-left: 0px; margin-top: 0px;" title="Unsur Dasar Seni Rupa" width="200" /></span></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Seni rupa adalah salah satu cabang dari seni. Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk suatu karya dengan media yang dapat ditangkap mata dan dirasakan dengan indra peraba. Seni rupa sendiri terdiri atas dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan. Perbedaan anyara keduanya terletak pada tujuan pembuatannya, dimana seni rupa murni dibuat hanya untuk tujuan estetika dan seni rupa terapan dibuat dengan tujuan fungsi dan desain.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Seni rupa murni terdiri atas karya seni dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). karya seni dua dimensi mempunyai fungsi pakai, ekspresi dan fungsi hias, sedangkan seni rupa tiga dimensi mempunyai cirri utama yaitu mempunyai ruang. Seni rupa murni merupkan hasil dari penggunaan teknik tradisional, contohnya seperti batik, topeng, mosaik, patung, guci, likisan, dan lainnya.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><span style="border: none; display: inline-block; height: 245px; overflow: hidden; width: 308px;"><img alt="Unsur Dasar Seni Rupa" height="159" src="https://lh4.googleusercontent.com/_Uvb7dAqjFJGayiGsqZyBeHLWlz9nLmMY6YTd65t-hSiyHtNlybdkwSJ8VtLE659keewwRAHTQXg4_tZikZcjpqkZEsmPnJ6mDIJY1OPLZHjBo2DcnvjCuhYLXCGSNgCFV6MBhnf=w200-h159" style="margin-left: 0px; margin-top: 0px;" title="Unsur Dasar Seni Rupa" width="200" /></span></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Seni rupa terapan merupakan karya seni rupa yang dibuat dengan tujuan memberikan nilai guna atau nilai fungsi pada sebuah karya seni. Contoh dari seni rupa terapan adalah desain (biasa berupa desain produk, brosur, kemasan, dll), arsitektur (digunakan untuk merancang sebuah bangunan), seni kriya terapan (vas, asbak, teko, piring yang berbahan keramik dan juga anyaman rotan ataupun bambu), pakaian dan perlengkapan busana </span><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">(apakian dan aksesorisnya), gambar ilustrasi, dan patung terapan.</span></p><h3 style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Unsur Dasar Seni Rupa</span></h3><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Unsur seni rupa terdiri atas beberapa unsur yaitu titik, garis, bidang, tekstur, bentuk, warna, value, kedalaman, arah, ukuran, dan shape atau ukuran. Unsur-unsur tersebut yang membuat karya seni rupa menjadi lebih berbentuk, sesederhana apapun bentuk dari suatu kesenian pasti terbentuk dari unsur unsur yang mendukungnya. Berikut jenis-jenis unsur tersebut.</span></p><ol style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Titik</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Titik merupakan unsure yang paling dasar dan yang paling kecil. Titik ini dapat dibuat dengan berbagai macam warna untuk mendapatkan karya seni yang indah.</span></p><ol start="2" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Garis</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Garis merupakan sebuah goresan atau batasan dari suatu benda, bidang, ruang, tekstur, dan lainnya. Garis juga dapat dibuat dengan menggabunggkan beberapa titik yang posisinya berurutan dengan ukuran yang sama. Garis ini dapat berbentuk panjang, lutus, pende, tipis, melengkung, vertical, hotisontal, dan lainnya.</span></p><ol start="3" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bidang</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bisang merupakan penggabungan dari beberapa garis menjadi satu. Bidang terdiri atas beberapa macam yaitu organis (biomorfosis), geometris, abstrak (tidak beraturan), serta bidang bersudut atau bangun ruang seperti trapesium.</span></p><ol start="4" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bentuk</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bentuk merupakan unsure yang kompleks karena memiliki 3 dimensi yaitu panjang, tinggi dan lebar dan memiliki volume. Bentuk dapat berbentuk lingkaran, persegi, persegi panjang, ketupat, trapesium, dan lainnya.</span></p><ol start="5" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Tekstur</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Tekstur merupakan sifat dari permukaan sebuah benda, dapat terkesan halus, kasar, lici, mengkilap, dan lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan indra penglihatan dan indra peraba. Tekstur sendiri terbagi atas tekstur semu dan nyata.</span></p><ol start="6" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Warna</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Warna merupakan sebuah spectrum tertentu yang terbentuk dalam cahaya yang sempurna. Warna terbagi atas warna primer, sekunder, tersier, komplementer, dan analogis.</span></p><ol start="7" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Value atau gelap-terang</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Hitam dan putih ternyata bukan bagian dari warna walaupun dapat ditunjukkan dalam bentuk pigmen. Hitam dan putih adalah penentu kedalaman, serta memberikan kontras yang berbeda pada setiap warna. Dengan kata lain hitam diartikan sebagai ketidakhadiran segala jenis gelombang warna dan putih artikan sebagai proporsi seimbang dari warna yang ada.</span></p><ol start="8" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ruang atau kedalaman</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Ruang dibedakan atas dua sifat yaitu 2 dimensi dan 3 dimensi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan perspektif warna yang serasi, peralihan warna gelap dan terang, penggunaan tekstur yang tepat, pelengkungan bidang, pergantian tampak, penambahan baying-bayang, dan lainnya.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Semoga informasi ini dapat membantu anda, silahkan kunjungi artikel kami yang lain untuk mendapatkan beragam informasi lainnya.</span></p></span>Kamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-31499775464297168922022-02-14T19:12:00.001-08:002022-02-14T19:12:23.796-08:00Orang Bunian Adalah? Berikut Asal Usul dan Penjelasannya<p>Indonesia sangat kental dengan mitos-mitos spiritual, dari Sabang hingga Merauke memiliki mitos-mitosnya tersendiri disetiap daerah. Menurut Wikipedia, Mitos atau mite adalah bagian dari suatu folklor yang berupa kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta, serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhuLk_1X_x0tG-YwqL85MxVw4jLKLVVtswSL8xkACB2Td_KrEj03DM50FketJ2lttXYh4P__vbJUunacg71d4W-EJFLHM3CizM0hAN4wdwqwoTjN1oSp0zWz4EMwv31vNC-BlfGRe7OQS_9mUY8vPfdnlhIEBqE3iO62AC3j5jSerVLZxFZzDLLa1FoRw=s449" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="orang bunian" border="0" data-original-height="322" data-original-width="449" height="229" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhuLk_1X_x0tG-YwqL85MxVw4jLKLVVtswSL8xkACB2Td_KrEj03DM50FketJ2lttXYh4P__vbJUunacg71d4W-EJFLHM3CizM0hAN4wdwqwoTjN1oSp0zWz4EMwv31vNC-BlfGRe7OQS_9mUY8vPfdnlhIEBqE3iO62AC3j5jSerVLZxFZzDLLa1FoRw=w320-h229" title="orang bunian" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ilustrasi orang bunian</td></tr></tbody></table><br /><p>Kali ini, kita akan membahas mengenai mitos orang bunian. Apakah anda pernah mendengar sesuatu mengenai mitos ini? Mari kita bahas bersama mitos yang satu ini.</p><p>Orang bunian atau sekadar bunian adalah mitos sejenis makhluk halus yang dianut oleh masyarakat Minangkabau dan Melayu di Sumatra, Indonesia serta di Malaysia Barat. Berdasarkan dari mitos tersebut, orang bunian konon berbentuk seperti ataupun menyerupai manusia dan tinggal di tempat-tempat sepi, seperti di rumah-rumah kosong yang tidak dihuni dalam jangka waktu yang lama. Sebutan orang bunian juga sering dikaitkan dengan istilah dewa di Minangkabau, pengertian "dewa" dalam hal ini cukup berbeda dengan pengertian dewa dalam ajaran agama Hindu maupun Buddha. "Kucing" dalam istilah Minangkabau berarti sebangsa makhluk halus atau sebangsa peri yang tinggal di wilayah hutan, di rimba, di pinggir bukit, atau di pekuburan.</p><p>Konon katanya bila hari menjelang matahari terbenam di pinggir bukit akan tercium aroma yang biasa dikenal dengan nama "masakan dewa" atau "samba dewa". Aroma tersebut mirip bau kentang goring menurut keyakinan masyarakat Minangkabau. "Dewa" dalam kepercayaan Minangkabau diyakini bergender perempuan dan cantik rupawan, bukan laki-laki seperti persepsi yang umum di kepercayaan lain. Masyarakat Minangkabau juga meyakini bahwa orang yang hilang atau orang bunian adalah “orang peliharaan dewa”, yang lahir dari darah dewa dan mitos ini masih dipercayai hingga sekarang.</p><p>Orang bunian dianggap sering member bantuan kepada para dukun dan sifatnya sangat sulit ditebak. Mereka gidup di dimensi yang berbeda dan hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang terpilih. Orang bunian dipercaya memiliki paras yang rupawan, menurut mitosnya banyak manusia yang tergoda kepada mereka dan mengikutinya sampai kedimensi lain kemudian dinikahi oleh orang bunian. Namun kemungkinan besar manusia tersebut tidak akan kembali lagi du dunianya. </p><p>Selain itu, orang bunian juga ditakuti oleh masyarakat karena sering menakuti dan menculik anak-anak serta menyesatkan orang-orang ketika berjalan dihutan. Orang-orang yang terperangkap di wilayah orang bunian dipercaya akan terlena dengan kehidupan disana dan melupakan tempat tinggal aslinya. Cukup menyeramkan bukan?</p><p>Namun dibalik itu, konon katanya ada juga orang bunian yang baik hati dan suka menolong manusia. Sampai saat ini, kisah orang bunian masih menjadi misteri dan mitos yang beredar dimasyarakat. Belum ada bukti valid akan keberadaan mereka, namun sebagai warga Negara yang berbineka tunggal ika tidak ada salahnya jika kita menghormati kepercayaan orang lain. Jika anda tidak setuju cukup diamati dan dijadikan sebagai pembelajaran yang baru agar tidak menyinggung kepercayaan orang lain.</p><p>Jika anda menginginkan informasi lainnya, silahkan kunjungi artikel kami yang lain, terimakasih!</p>Kamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-74289289533115089962022-02-10T06:25:00.003-08:002022-02-10T06:25:34.759-08:00Alat Bantu Yang Digunakan Dalam Teknik Memahat<p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; white-space: pre-wrap;">Karya seni rupa murni merupakan sebuah seni yang mengutamakan keunikan dan keindahannya daripada fungsi praktisnya. Jenis deni ini merepresentasikan emosi, perasaan dan luapan kreatifitas dari sang seniman. Seni rupa murni dikembangkan untuk dinikmati keindahannya, fungsi utamanya sebagai estetika dalam kegiatan sehari-hari. Contohnya seperti patung, lukisan, dan kaligrafi.</span></p><span id="docs-internal-guid-a3d5c9d4-7fff-bc69-63e7-d6b710e67895"><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Salah satu jenis dari seni rupa murni yaitu tekhnik pahat. Teknik pahat merupakan kegiatan membuat suatu karya dengan memanfaatkan barang-barang tidak terpakai atau barang bekas, biasanya dibuat dengan kikir, pahat, martil, dan lainnya.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgJjTv40kJ4GzD4egbSsQm0gnl-pZqJ4SNGfG3UXQuB_xAQd2Chbb5r00KcjMW-qKVW1ooRSprJ_fT631YLK58i_X7onUc9qheGhxT2sj2uCO-HFM2M8XfYEHmWN79HA26tT0w6Sxfk3yMpgCcGHy5lLRT3OeM6k6PiW_P-0PYcF1lCRCpJObR0Y96jZg=s1130" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Alat Bantu Yang Digunakan Dalam Teknik Memahat" border="0" data-original-height="663" data-original-width="1130" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgJjTv40kJ4GzD4egbSsQm0gnl-pZqJ4SNGfG3UXQuB_xAQd2Chbb5r00KcjMW-qKVW1ooRSprJ_fT631YLK58i_X7onUc9qheGhxT2sj2uCO-HFM2M8XfYEHmWN79HA26tT0w6Sxfk3yMpgCcGHy5lLRT3OeM6k6PiW_P-0PYcF1lCRCpJObR0Y96jZg=w320-h188" title="Alat Bantu Yang Digunakan Dalam Teknik Memahat" width="320" /></a></div><br /><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span><p></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Teknik memahat dikatakan juga sebagai teknik membentuk benda dengan cara membuat cekungan atau tonjolan yang membentuk pola-pola tertentu , media pahatan yang biasanya digunakan yaitu kayu atau batu.</span></p><h2 style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat Bantu Yang Digunakan Dalam Teknik Memahat Adalah?</span></h2><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Seni pahat merupakan cabang dari seni rupa 3 dimensi yang biasanya berbentuk patung, namun sekarang banyak hal yang bisa dibuat dengan teknik pahat selain patung. Alat-alat yang digunakan dalam memahat yaitu:</span></p><ul style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pahat lurus (penyilat)</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pahat lengkung (penguku)</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pahat V (coret atau sisir)</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pahat Col</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pahat kayu (ganden)</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pahat pengot</span></p></li></ul><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Fungsi dari alat pahat tersebut yaitu:</span></p><ul style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Meratakan atau merapikan hasil pahatan</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Membuat bentuk siku pada tepi benda</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Membuat bentuk pada benda</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Memberikan cekungan pada benda</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: disc; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Mengukir benda atau membuat pahatan</span></p></li></ul><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Teknik-teknik dalam memahat yaitu:</span></p><ol style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Carving</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dalam membuat patung, tekhnik pertama yang bisa anda gunakan yaitu teknik carving. Teknik ini memiliki cara yang sederhana yaitu anda hanya perlu memotong, membentuk dan mengukir bagian datar pada kayu.</span></p><ol start="2" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Teknik Chip Carving</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Teknik ini digunakan untuk membuat detail pahatan pada bidang datar</span></p><ol start="3" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Teknik Pembakaran kayu</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Mengerik atau Mengikis</span></p></li></ol></span>Kamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-14116537582309475332022-02-09T06:25:00.003-08:002022-02-09T06:25:39.652-08:00Alat Musik yang Dimainkan Dengan Cara Ditiup Disebut<p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; white-space: pre-wrap;">Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), music diartikan sebagai ilmu atau seni yang menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Music juga diartikan sebagai nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisasian terutama menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi tertentu.</span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiJIr-M8FBjm8PafhgXaUNH1ZeGjTSOlTOJ7FS6yuSXa5T1F_qaOe6r3xP0fdJ6ywnXHh3dPLSZFnvWb8LNO5SOd4eatrnqS74KSiDzD3sb2erKdkF-1HyFR2eQWc8sT9pCiI7wSBznkswLmBnk_lDm-bhC6v-tS7DK6tzu-YMxNQIdyHXxKml68UqItg=s628" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Alat Musik yang Dimainkan Dengan Cara Ditiup Disebut" border="0" data-original-height="457" data-original-width="628" height="233" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiJIr-M8FBjm8PafhgXaUNH1ZeGjTSOlTOJ7FS6yuSXa5T1F_qaOe6r3xP0fdJ6ywnXHh3dPLSZFnvWb8LNO5SOd4eatrnqS74KSiDzD3sb2erKdkF-1HyFR2eQWc8sT9pCiI7wSBznkswLmBnk_lDm-bhC6v-tS7DK6tzu-YMxNQIdyHXxKml68UqItg=w320-h233" title="Alat Musik yang Dimainkan Dengan Cara Ditiup Disebut" width="320" /></a></div><br /><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; white-space: pre-wrap;"><br /></span><p></p><span id="docs-internal-guid-b5832755-7fff-25f9-3b8d-498ce45272bc"><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Music menjadi bagian dari perkembangan manusia, mulai dari music-musik yang menjadi pengantar tidur saat bayi hingga music-musik modern yang didengar hingga kini. Music terdiri dari unsure-unsur seperti melodi, birama, ritme, tempo, harmoni, tangga nada, timbre, dan dinamika.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat music menjadi salah satu instrument yang dibuat dan dimodifikasi untuk menghasilkan alunan music yang indah. Alat music sendiri atas tiga jenis yaitu alat music melodis, harmonis, dan ritmis. Berbagai alat music juga tergolong menjadi beberapa dari jenis-jenis diatas.</span></p><h2 style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat Musik yang Dimainkan Dengan Cara Ditiup</span></h2><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat music melodis adalah alat music yang memiliki nada, salah satu contohnya yaitu alat music tiup. Di Indonesia sendiri, terdapat banyak jenis alat music tiup tradisional. Alat music tiup sendiri adalah alat music yang penggunaannya dengan cara ditiup agar menghasilkan nada atau suara. </span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat music tiup menghasilkan nada atau suara ketika lubang udara yang terdapat pada alat music digetarkan. Tinggi dan rendahnya nada ditentukan oleh frekuensi gelombang yang dihasilkan saat meniup alat music tersebut. Panjang kolom utara dan bentuk instrument juga mempengaruhi suara yang dihasilkan.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bahan dasar dari pembuatan alat music tiup apak mempengaruhi timbre yang dihasilkan oleh alat music. Misalnya terdapat perbedaan suara pada terompet dan seruling, hal ini dipengaruhi dari bahan baku pembuatan alat music.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat music tiup menghasilkan suara karena adanya resonansi. Resonansi adalah getaran yang dihasilkan dari getaran pemicu misalnya tiupan melalui lubang udara pada alat music sehingga menghasilkan bunyi atau suara tertentu.</span></p><h2 style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Jenis-Jenis Alat Musik Tipu</span></h2><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Berikut ini beberapa jenis alat music tiup tradisional Indonesia:</span></p><ol style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Suling bambu</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Suling bamboo berasal dari Sunda, Jawa Barat. Terbuat dari bahan baku Bambu dengan bentuk yang rampong, dan panjang sekitar 20 cm dan diameter sekitar 3 cm. suling bamboo mengasilkan suara dari udara yang ditiupkan pada ujung lubang yang terdapat pada instrument.</span></p><ol start="2" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Saluang</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat music dari Minangkabau, Sumatera barat ini terbuat dari bamboo tipis atau talang. Di Minangkabau sendiri memiliki banyak alat music tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup, misalnya sarunai, pupuik tanduak, pupuik batang padi, tabab, gandang, aguang, dan lain-lain.</span></p><ol start="3" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Bangsi Alas</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat music ini berasal dari Aceh, terbuat dari bamboo dengan panjang sekitar 40cm dan diameter sekitar 2,8cm. alat music ini memiliki 7 lubang yang menghasilkan nada yang berbeda-beda. Alat music ini juga memiliki ukiran khas aceh pada badan alat music.</span></p><ol start="4" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Suling Lembang</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat music ini berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Alat music ini berukuran sangat panjang yaitu sekitar 40-100 cm. tempat keluarnya suara pada alat music ini sangat unik yaitu pada ujungnya yang berbentuk seperti terompet. Alat music ini juga memiliki 6 buah lubang untuk mengatur nadanya.</span></p><ol start="5" style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Foy Doa</span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Alat music ini berasal dari Flores, NTT. Bentuknya yang berbeda membuat alat music ini begitu unik, jika alat music tiup lainnya berbentuk tunggal, maka alat music ini terdiri dari dua buah bamboo yang berukuran kecil dan memiliki 4 buah lubang di masing-masing badan alat music ini.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-left: 36pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Tetapi alat music ini dapat dimainkan dengan meniup satu bagian saja, namun suara yang dihasilkan juga berbeda.</span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Masih banyak lagi alat music tiup tradisional dari Indonesia, beberapa diatas hanyalah sedikit contoh. Selain dari Indonesia, beberapa alat music tiup yang popular diluar negeri seperti Obo, Klarinet, Flute, Saksofon, Terompet, dan Harmonika.</span></p><div><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div></span>Kamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-49552476518354333592022-02-08T05:32:00.000-08:002022-02-08T05:32:01.345-08:00Alat yang Digunakan Untuk Membuat Kerajinan dari Lukis Kaca<p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Lukisan kaca merupakan salah satu seni yang sangat eksis pada abad ke 19 hingga awal abad 20, diperkirakan hingga tahun 1950-an. Seni lukis kaca ini dianggap sebagai cabang seni yang sangat popular di Indonesia pada zamannya.</span></p><p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8jG4onvHRBuYboGaf2bbF84hDqbRhhvJP3pX3SQ5vTb9qPO2PdQBZtoLdWnqKlqq3bll9eCNkPEdo4vY_5PnkAuYNoZ-1I6bJJUcuhDw2Z0wpl2UbSO4GRQqU94pgfxG1I3fJ4Zg7mtaWNyVCS4udEtfrrpZNI0JnW0VXccfyQcJk4Vj0Iem4c1bReQ/s757/lukis kaca.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="seni lukis kaca" border="0" data-original-height="578" data-original-width="757" height="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8jG4onvHRBuYboGaf2bbF84hDqbRhhvJP3pX3SQ5vTb9qPO2PdQBZtoLdWnqKlqq3bll9eCNkPEdo4vY_5PnkAuYNoZ-1I6bJJUcuhDw2Z0wpl2UbSO4GRQqU94pgfxG1I3fJ4Zg7mtaWNyVCS4udEtfrrpZNI0JnW0VXccfyQcJk4Vj0Iem4c1bReQ/w320-h244/lukis kaca.jpg" title="seni lukis kaca" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">source: Rakyat Merdeka</td></tr></tbody></table><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;"></span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;"><br /></span></p>Lukisan kaca merupakan salah satu jenis lukisan yang dibuat dari sisi belakang kaca, dengan kata lain para pelukis menggambar dan mewarnai dalam keadaan terbalik. Lukisan kaca termasuk dalam kategori folk art, karena tercipta dari masyarakat yang hendak mengungkapkan perasaan, aspirasi, harapan dan kekecewaan, kemudian dituangkan kedalam bentuk lukisan kaca tersebut.<p></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Lukisan kaca di Indonesia terbagi atas tiga sentra yaitu Cirebon, Jawa Tengah, dan Bali. Lukisan kaca ini mencerminkah kostruk social dengan dinamika yang terjadi dalam masyarakat maupun individu. Ikatan budaya dan nilai agama yang kuat, membuat karya seni ini masih sangat eksis dan menjadi warisan budaya.</span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Tingkat kesulitan dalam membuat lukisan kaya terletak pada proses pembuatannya yang mengharuskan para pengrajin untuk membuat lukisan secara terbalik. Para pengrajin harus memiliki kreativitas dan juga ketelitian yang tinggi agar hasil dari lukisannya dapat dibuat dengan indah. Jika terdapat satu kesalahan dalam proses pembuatan, maka para pengrajin harus membuatnya dari awal lagi.</span></p><h2 style="text-align: left;"><span style="text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Alat yang Digunakan Untuk Membuat Kerajinan dari Lukis Kaca</span></h2><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Pada proses pembuatan lukisan, para pemula dianjurkan untuk mulai melukis pada bidang yang datar agar lebih mudah dalam mengenali bentuk dan pola yang akan dibuat. Hal ini juga dilakukan agar meminimalisir terjadinya kesalahan dalam membuat lukisan. Alat-alat yang digunakan dalam likes kaca seberanya sangat sederhana, yaitu kerta, pena, kaca, pisau cutter, kuas, meja dan cat.</span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Tahapan awal dalam melukis kaca sama halnya seperti pada bidang lain yaitu membuat sketsa. Sketsa pada seni ini biasanya berbentuk ornament, pemandangan alam, hewan, wayang ataupun tumbuhan. Jika telah menentukan desain, maka buatkan pada selembar kertas terlebih dahulu sebelum menggambarnya pada permukaan kaca. Kertas yang digunakan harus memiliki ukuran yang sama dengan kaca yang digunakan agar nantinya anda hanya perlu menjiplak sketsa yang ada, atau jika anda sudah professional maka sketsa dapat langsung dibuat pada permukaan kaca.</span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Setelah desain atau sketsa sudah jadi, selanjutnya anda akan membuat outliner pada kaca. Gunakan outliner yang dikhususkan untuk bahan kaca dan dalam proses pembuatannya usahakan agar outliner tidak putus karena dapat menyebabkan cat yang digunakan meluber keluar garis. Jika akan membuat outliner usahakan agar bidang lukis anda posisi ditidurkan.</span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Selanjutnya, anda bisa mengisi warna-warna yang anda inginkan menggunakan cat minyak dan kuas lukis. Anda juga mencampurkan beberapa warna untuk menghasilkan warna baru. Selain itu, anda juga dapat menggunakan Airbrush berisi cat warna untuk mewarnai.</span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Buat lukisan sesuai dengan imajinasi anda, semoga tahapan ini dapat membantu dan selamat mencoba.</span></p><span id="docs-internal-guid-f29aeff1-7fff-a5f6-be6c-04e76bf8ff57"><div><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div></span>Kamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-62131650810902052252022-02-08T05:08:00.000-08:002022-02-08T05:08:05.166-08:00Alat Music Tifa Berasal Dari Daerah?<p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Indonesia merupakan Negara yang memiliki beragam kebudayaan. Setiap pulau terdiri dari banyak suku, dan disetiap suku memiliki budayanya masing-masing. Mulai dari bahasa, pakaian adat, tradisi adat, makanan khas, hingga alat music khas di tiap daerah. Sangat banyak alat music yang terdapat di Indonesia, salah satunya adalah Tifa.</span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmgIc-COM77XGcVlBpjaFCHwtXGA-CHJCgMSpi5PbZ7jWrRPCG3yYlk4VpajPX1WIO27a3fEQEVIrbTdHYPCahgAm7jhUxcs-DZoBpvSufcYO210JSaWytx88cS7rvxsXhKB9AwGsGMkphNbj5g7oj0ZFX9GALyKL_BwBHc3L-0ICpaji3iMaYfFW45A/s659/tifa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="alat music tifa berasal dari daerah" border="0" data-original-height="659" data-original-width="556" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmgIc-COM77XGcVlBpjaFCHwtXGA-CHJCgMSpi5PbZ7jWrRPCG3yYlk4VpajPX1WIO27a3fEQEVIrbTdHYPCahgAm7jhUxcs-DZoBpvSufcYO210JSaWytx88cS7rvxsXhKB9AwGsGMkphNbj5g7oj0ZFX9GALyKL_BwBHc3L-0ICpaji3iMaYfFW45A/w270-h320/tifa.jpg" title="alat music tifa berasal dari daerah" width="270" /></a></div><br /><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;"><br /></span><p></p><h2 style="text-align: left;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Alat Music Tifa Berasal Dari Daerah Timur Indonesia</span></h2><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Tifa adalah alat music yang berasal dari daerah timur Indonesia yaitu Papua dan Maluku. Bentuknya menyerupai kendang dan terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya ini ternyata ada beberapa jenis, yaitu Tifa potong, Tifa jekir, Tifa dasar dan Tifa bas. Alat music Tifa ini sering digunakan dalam berbagai macam upacara adat.</span></p><h3 style="text-align: left;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Alat Music Tifa Merupakan Jenis Alat Music?</span></h3><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Alat music Tifa merupakan jenis alat music pukul, alat music ini telah diperkenalkan ke dunia melalui Festival Fete De La Musique 2021 yang digelar oleh UNESCO Creative Cities Network (UCCN). Untung menghasilkan bunyi pada Tifa, anda hanya perlu menabuh atau memukul permukaan Tifa dengan irama yang sesuai agar menghasilkan bunyi yang indah.</span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Pada bagian badan alat music Tifa terdapat ukiran yang sangat khas, ukiran tersebut ternyata merupakan tanda untuk pengenalan status social dari orang yang memainkannya. Suku-suku pada daerah Timur Indonesia salah satunya yaitu suku Asmat, terkenal sangat lihai dalam memainkan alat music ini. Alat music tifa juga dijadikan sebagai identitas untuk para pria oleh suku Asmat.</span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Tifa dari Papua dan Maluku ternyata memiliki ciri yang membedakan, yaitu pada Tifa dari Papua memiliki pegangan pada sisinya, sedangkan pada Tifa dari Maluku tidak memiliki pegangan alias hanya berbentuk seperti tabung. Jenis-jenis alat music Tifa pun memiliki cirri khas sesuai dari asal daerah masing-masing.</span></p><h3 style="text-align: left;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Alat Music Tifa Terbuat Dari?</span></h3><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Alat music ini dibuat dengan kayu berkualitas terbaik di dunia yaitu kayu Lenggua dan kayu Susu, proses pembuatannya yaitu sebatang kayu yang dikosongkan isinya, kemudian diukir dan salah satu sisinya akan ditutup menggunakan kulit hewan (biasanya menggunakan kulit rusa ataupun kulit biawak soa-soa). Setelah itu, kulit yang dipasangkan pada salah satu sisi tifa akan diikat menggunakan rotan secara melingkar.</span></p><span id="docs-internal-guid-5d20b2e4-7fff-703c-3e83-331e0b6d8395"><div><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div></span>Kamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-74302684809230643522022-02-08T04:41:00.004-08:002022-02-08T04:41:40.624-08:00Apa Yang di Maksud Dengan Alat Musik Ritmis<p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Alat music terbagi atas dua jenis yaitu alat music ritmis dan melodis. Alat music ritmis adalah alat music tidak bernada namun memiliki irama, sedangkan alat music dinamis adalah alat music yang memiliki nada dan berfungsi untuk memainkan melodi dalam lagu. Alat music ritmis biasanya dimainkan dengan cara dipukul atau di goyangkan.</span></p><h2 style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzANeFOi17NNbYYWF5EDrCW9UpUEvdS-WM6Nq0yp6CSKj_jn216dhRI7tnjQFBsHMjT3-AI-LhFyFhAOl6F3f6qETzqpevrrV7tp2HHFi4eynZ4j9Ufq4vPQiw7Mln3SGHgHDggUVllc8STmG1KCekO8yaahI-p5NIH7EghLgmLDZj3pyg8d-rih4Idw/s1017/ritmis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="apa yang dimaksud alat musik ritmis" border="0" data-original-height="654" data-original-width="1017" height="258" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzANeFOi17NNbYYWF5EDrCW9UpUEvdS-WM6Nq0yp6CSKj_jn216dhRI7tnjQFBsHMjT3-AI-LhFyFhAOl6F3f6qETzqpevrrV7tp2HHFi4eynZ4j9Ufq4vPQiw7Mln3SGHgHDggUVllc8STmG1KCekO8yaahI-p5NIH7EghLgmLDZj3pyg8d-rih4Idw/w400-h258/ritmis.jpg" title="apa yang dimaksud alat musik ritmis" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Alat Busik ytng Tidak Memiliki Nada disebut Alat Musik Ritmis</span></h2><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Salah satu bagian terpenting dari keindahan music adalah alat music yang digunakan. Alat music yang memanjakan telinga dimainkan dengan perpaduan antara nada-nada yang diciptakan oleh alat music yang dimainkan. </span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Meskipun tidak bernada, alat music ritmis memberikan irama tertentu yang memiliki dan memberikan ketukan dan birama yang tepat. Walaupun terkadang dinilai cukup berbeda, namun alat music ini tidak dapat disepelekan karena memiliki peranan yang penting dalam penciptaan music. Alat music ritmis memiliki peran khusus dalam sebuah music yaitu untuk pengatur irama music dan juga penyempurna dari instrument lain.</span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam memainkan alat music ritmis yaitu ketukan yang harus sejalan dengan birama lagu yang dimainkan. Fungsi dari alat music ritmis yaitu untuk mengatur tempo, mengatur irama music, dan juga sebagai penyempurna alat music melodis, misalnya Tifa, kendang, drum, triangle, maracas, tamborin, konga, simbal, dan gong. </span></p><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Alat music ritmis dimainkan dengan cara dipukul (contohnya seperti kendang, tifa, dan juga yang <br />memerlukan alat bantu berupa stik seperti drum), digesek (contohnya seperti kastanyet yang berupa kepingan kayu atau gading yang digesek menggunakan jari), dan juga digoyangkan (contohnya seperti maracas dan tamborin).</span></p><h3 style="text-align: left;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Contoh Alat Musik Ritmis</span></h3><p><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; white-space: pre-wrap;">Berikut ini beberapa contoh dari alam music ritmis:</span></p><span id="docs-internal-guid-56299b0b-7fff-4f5f-2609-629d6ada8861"><ol style="margin-bottom: 0; margin-top: 0; padding-inline-start: 48px;"><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Marakas</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Drum</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Samba</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Triangle</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Kastanyet</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Guiro</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Gendering</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Rebana</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Gong</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Kenong</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Kentongan</span></p></li><li aria-level="1" dir="ltr" style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; list-style-type: decimal; vertical-align: baseline; white-space: pre;"><p dir="ltr" role="presentation" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Tifa </span></p></li></ol><p dir="ltr" style="line-height: 1.295; margin-bottom: 8pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pola irama dalam memainkan alat music ritmis harus teliti, polanya biasanya berupa 2/4, ¾, dan 6/8. Tidak hanya alat music diatas, alat-alat sederhana disekitar anda juga dapat dijadikan sebagai alat music ritmis seperti misalnya tutup panic yang diadu, ember, gallon air, botol, gelas, sendok, dan lainnya.</span></p><div><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div></span>Kamahttp://www.blogger.com/profile/11133733694624044243noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-26619753798207283612021-12-14T06:29:00.001-08:002021-12-14T06:30:45.394-08:00Tari Zapin Tarian Yang Berasal Dari Rumpun Melayu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4zD391WPRVtOa9WzyJvAHv_JtJkNBqU9Xgs8_OHIH0zVYvrZ6o0WTLBvKrfh3tytd2NNcvzadfl7BWLHgyU6RyLb3rcDmcS_VTKS4P4E2E-gQU6Yh14ijdfciEpT47y6ZMfvnCCpYPow/s1600/tari+zapin+riau.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Tari Zapin Tarian Yang Berasal Dari Rumpun Melayu" border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4zD391WPRVtOa9WzyJvAHv_JtJkNBqU9Xgs8_OHIH0zVYvrZ6o0WTLBvKrfh3tytd2NNcvzadfl7BWLHgyU6RyLb3rcDmcS_VTKS4P4E2E-gQU6Yh14ijdfciEpT47y6ZMfvnCCpYPow/s1600/tari+zapin+riau.jpg" title="Tari Zapin Tarian Yang Berasal Dari Rumpun Melayu" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">contoh tari zapin dari riau | photo indonesia travel<br /><br /></td></tr>
</tbody></table>
<b>Tari Zapin Tarian yang berasal dari rumpun melayu</b>. Kata Zapin berasal dari bahasa arab yaitu "Zafn" yang artinya pergerakan kaki cepat mengikut rentak
pukulan. Dalam bahasa Arab, zapin disebut sebagai al raqh wal zafn. Tari Zapin adalah tarian Melayu yang
mendapat pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini
bersifat edukatif dan
sekaligus menghibur, digunakan sebagai
media dakwah Islamiyah
melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan. Ada kaidah dan aturan pada
tarian ini yang tidak boleh diubah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><h2 style="text-align: left;">Tari Zapin Dari Suku Melayu Pada Awalnya Dibawa Dari?</h2><br />
Tarian zapin awalnya lahir dari bentuk permainan menggunakan
kaki yang dimainkan laki-laki bangsa Arab dan Persia. Perkembangannya di
Nusantara bersamaan dengan penyebaran agama Islam yang dibawa pedagang Arab
dari Hadramaut.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Tarian Zapin diperkenalkan di Pekanbaru oleh seorang songkok yang berasal dari Sumatra yang bernama Adam sekitar tahun 1930-an. Namun tarian ini sangat popular di Pekanbaru pada tahun 1950-an dan 1960-an terutama di kampung Tanjung Gemuk dan kampung Lamir.<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebelum tahun 1960, awalnya tari zapin hanya ditarikan
penari lelaki tetapi namun seiring perkembangan penari perempuan juga
ditampilkan. Dan kadang juga dibawakan secara bersamaan laki-laki dengan
perempuan. Dahulu tari zapin ditarikan di atas tikar madani dan tikar tersebut
tidak boleh bergoyang atau bergeser sedikitpun sewaktu menarikan tari zapin
tersebut.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Zapin mempertontonkan gerak kaki cepat mengikuti hentakan
pukulan pada gendang kecil yang disebut marwas. Harmoni ritmik instrumennya
semakin merdu dengan alat musik petik gambus. Karena mendapat pengaruh dari
Arab, tarian ini memang terasa bersifat edukatif tanpa menghilangkan sisi
hiburan. Ada sisipan pesan agama dalam syair lagunya. Biasanya dalam tariannya
dikisahkan keseharian hidup masyarakat melayu seperti gerak meniti batang,
pinang kotai, pusar belanak dan lainnya. Anda akan melihat gerak pembuka
tariannya berupa gerak membentuk huruf alif (huruf bahasa Arab) yang
melambangkan keagungan Tuhan.</div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Musik Pengiring<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Alat Musik pengiring tari zapin terdiri atas dua alat yang
utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang
disebut marwas.
<br />
<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!--Iklan Tengah Populer Post-->
<br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-2321276373327442" data-ad-format="auto" data-ad-slot="9013354019" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Kostum dan Tata rias<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Para penari zapin lelaki mengenakan baju kurung cekak musang
dan seluar, songket, plekat, kopiah, dan bros. Sementara untuk penari perempuan
berupa baju kurung labuh, kain songket, kain samping, selendang tudung manto,
anting-anting, kembang goyang, kalung, serta riasan sanggul lipat pandan dan
conget.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Jenis Tari Zapin<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tari ini sangat ragam gerak tarinya, namun pada
dasarnya gerak dasar zapin-nya sama, ditarikan oleh rakyat di pesisir timur dan
barat Sumatera, Semenanjung Malaysia, Sarawak,Kepulauan
Riau, pesisir Kalimantan dan Brunei
Darussalam.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di Brunei, tarian Zapin cukup banyak macamnya seperti
rentaknya dan geraknya dan mengikut dari segi sebutannya yaitu dialek orang
Brunei zapin lebih dikenali dengan sebutan '"Jipin"'. Berikut ini
adalah tarian Zapin di Brunei:</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<ol>
<li>Zapin Laila Sembah (Jipin
Laila Sembah)</li>
<li>Zapin Tar (Jipin Tar)</li>
</ol>
Contoh-contoh Tarian Zapin lainnya :<br />
<ol>
<li>Zapin Melayu Johor</li>
<li>Zapin Pulau</li>
<li>Zapin Arab</li>
<li>Zapin Singapura</li>
<li>Zapin Lancang Kuning</li>
<li>Zapin Tempurung</li>
<li>Zapin Nelayan</li>
<li>Zapin Nasib Lancang Kuning</li>
</ol>
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber :</span></i><br />
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Zapin
</span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://www.indonesia.travel/id/destination/63/pulau-bintan/article/224/tari-zapin-menikmati-khazanah-tarian-rumpun-melayu-di-kepulauan-riau
</span></i></div>
<i><span style="font-size: x-small;">https://www.facebook.com/padepokan22/posts/503283156364830</span></i></div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-39384744439377169082021-12-14T06:23:00.000-08:002021-12-14T06:23:34.688-08:00Tari Kuda Lumping Tarian Berasal Dari Pulau Jawa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyqaHkFoTUz4pplBsdpOyujBNjfglW0Rg_23F6hmbjQOSzqo60UUPbMooR4oVsdlN67d70bwDqcg02B5s1fl3LpJS5TkxU-EhFbYSmJ5d4Cj7zRbgV2FV_RSbVV_UQh_xkHlVTwTwVv4U/s1600/kuda-lumping.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Tari Kuda Lumping Tarian Berasal Dari Pulau Jawa" border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyqaHkFoTUz4pplBsdpOyujBNjfglW0Rg_23F6hmbjQOSzqo60UUPbMooR4oVsdlN67d70bwDqcg02B5s1fl3LpJS5TkxU-EhFbYSmJ5d4Cj7zRbgV2FV_RSbVV_UQh_xkHlVTwTwVv4U/s1600/kuda-lumping.jpg" title="Tari Kuda Lumping Tarian Berasal Dari Pulau Jawa" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tari kuda lumping<br /><br /></td></tr>
</tbody></table>
<b>Tari Kuda Lumping Tarian Berasal Dari Pulau Jawa</b>. Tari ini
biasa disebut juga dengan jaran kepang atau jathilan. Kuda lumping adalah
tarian tradisional jawa yang menampilkan sekompok prajurit yang tengah
menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dari kulit
kerbau atau kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak) dan ada juga yang
terbuat dari anyaman bambu yang kemudian diberi motif atau hiasan dan
direka seperti kuda. Selain itu kuda lumping juga identik dengan hal-hal
magis.</div>
<br />
Tarian kuda lumping menampilkan adegan prajurit berkuda, namun
dalam penampilannya terdapat juga atraksi kesurupan,
kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan
kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kuda tiruan yang digunakan dalam tarian kuda lumping dihiasi
rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang,
sehingga masyarakat jawa menyebutnya sebagai jaran kepang. </div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b>
Baca juga : <a href="http://dunia-kesenian.blogspot.com/2014/10/tari-remo-tarian-asal-daerah-jombang.html" target="_blank">Tari Remo Tarian Asal Jombang</a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><div class="MsoNormal">tari kuda kepang atau lumping merupakan tari tradisional kerakyatan yang </div><div class="MsoNormal">berasal dari daerah</div>
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: large;">Sejarah Tari Kuda
Lumping</span><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
Sangat sulit menemukan sumber catatan sejarah yang
menjelaskan tentang asal muasal tarian ini, hanya dari cerita rakyat yang
diturunkan dari generasi ke kegenarasi. Tari kuda kepang atau lumping merupakan tari tradisional kerakyatan yang </div><div class="MsoNormal">berasal dari daerah jawa. Namun ada 2 cerita rakyat yang berhasil
penulis dapat, yaitu :</div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Versi 1<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan
pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor
emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin
melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda
reyog abad ke 8.</div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Versi 2<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Kesenian Kuda Lumping berasal dari daerah Ponorogo Jawa
Timur. Menurut sebuah legenda, Raja Ponorogo selalu kalah dalam
peperangan. Sang raja masygul dan gundah. Akhirnya ia pergi ke sebuah
pertapaan. Ketika sedang khusu-khusunya memohon kepada Dewa Jawata Sang
Marasanga, ia dikejutkan oleh suara tankatingalan. Suara itu ternyata
wangsit dari Sang Jawata. Isinya apabila raja ingin menang perang, ia harus
menyiapkan sepasukan berkuda. Ketika pergi ke medan perang, para
prajuritpenunggang kuda itu diiringi dengan "bande" dan rawe-rawe.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Konon, bande dan rawe-rawe itu menggugah semangat menyala
membabi buta di kalangan para prajurit penunggang kuda. Ketika bertempur
mereka mabuk tidak sadarkan diri tapi dengan semangat keberanian yang luar
biasa menyerang musuh-musuhnya. Demikianlah dalam setiap peperangan para
prajurit bergerak dalam keadaankalap dan memenggal kepala musuh-musuhnya dengan
kekuatan yang tangguh. Akhimya. lasykar Raja selalu memperoleh
kemenangan.<br />
<br />
Baca juga : <a href="http://dunia-kesenian.blogspot.com/2014/07/tari-reog-ponorogo-tarian-daerah-jawa-timur.html" target="_blank">Tari Reog Ponorogo</a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk menghormati Dewa sang pemberi wangsit dan
memperingati kemenangan demi kemenangan kemudian setiap tahun
diadakan upacara kebaktian dengan suguhan acara berupa tarian menunggang
kuda-kudaan yang menggambarkan kepahlawanan, sebagai suatu prosesi dari
prajurit penunggang kuda yang kalap dan menyerbu musuh-musuhnya.
Selanjutnya tarian menunggang kuda-kudaan itu berubah menjadi sebuah
kesenian yang digemari masyarakat. Tarian itu kemudian diberi nama Kuda
Lumping.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tari kuda
lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan
berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis,
dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor
kuda di tengah peperangan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di Jawa Timur terdapat di beberapa daerah, seperti jamban,
kolong jembatan, rel kereta, dan daerah-daerah lainnya. Dan seperti halnya
tarian lain yang ada di Indonesia kuda lumping biasanya ditampilkan pada
ajang-ajang tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan
syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.<br />
<br />
Baca juga : <a href="http://dunia-kesenian.blogspot.com/2015/04/mengenal-suku-bawean-kabupaten-gresik.html" target="_blank">Mengenal suku Bawean dari Kabupaten Gresik Jawa Timur</a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam pementasanya, tari kuda lumping menggunakan
kaca,beling,batu,dan jimat. Kesenian tradisional kuda lumping ini seringkali
juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya
seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar
tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.<br />
<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!--Iklan Unit Judul-->
<br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-2321276373327442" data-ad-slot="5917510019" style="display: inline-block; height: 90px; width: 200px;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: large;">Jenis Tarian Kuda
Lumping</span><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<ol>
<li>Jaranan Thek Ponorogo</li>
<li>Jaranan Kediri, kediri</li>
<li>Jaranan sentherewe, Tulungagung</li>
<li>Jaranan Turonggo Yakso,Trenggalek</li>
<li>Jaranan Buto, banyuwangi</li>
<li>Jaranan Dor, Jombang</li>
<li>Jaran Sang Hyang, Bali</li>
<li>Jathilan Dipenogoro, Yogya dan Jawa Tengah</li>
<li>Jathilan Hamengkubuwono, Yogya dan Jawa Tengah</li>
</ol>
<br />
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: large;">Pagelaran Tari Kuda
Lumping</span><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam pementasannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4
fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon
Putri.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan
oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari
muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada
bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan
roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak
warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari
bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan
gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang
kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para warok, yaitu orang yang
memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju
serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan memberikan
penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung
membawakan tari senterewe.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih
santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian
penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber :</span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Kuda_lumping
</span></i></div>
<i><span style="font-size: x-small;">http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/09/kesenian-kuda-lumping.html</span></i></div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-42812132195262297852021-12-14T06:17:00.000-08:002021-12-14T06:17:33.030-08:00Tari Nandak Ganjen Tarian Yang Berasal dari Daerah Betawi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBXid-mTe5XrzJKaT8l15ANxdRvTlBihO_hncpgEXy333FQ390kA9skGJhq9CYOCaDqvsAbXgzuHwML1Z5BouszMExLTAmOchHYi_Ua3JXc3qBTNyqkKZvkSF3vD43x6LhUVVtNWv1RNI/s1600/nandak+ganjen.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tari Nandak Ganjen Tarian Yang Berasal dari Daerah Betawi" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBXid-mTe5XrzJKaT8l15ANxdRvTlBihO_hncpgEXy333FQ390kA9skGJhq9CYOCaDqvsAbXgzuHwML1Z5BouszMExLTAmOchHYi_Ua3JXc3qBTNyqkKZvkSF3vD43x6LhUVVtNWv1RNI/s1600/nandak+ganjen.jpg" title="Tari Nandak Ganjen Tarian Yang Berasal dari Daerah Betawi" width="264" /></a></div>
<b><div class="MsoNormal"><b><br /></b></div>Pengertian Tari Nandak Ganjen Tarian Yang Berasal dari Daerah Betawi, Jakarta</b>. Tari
Nandak Ganjen merupakan sebuah tari kreasi baru yang menggunakan referensi
khas budaya Betawi. Tarian ini diciptakan oleh Atin Kisam. Beliau adalah salah
satu putra Bapak Kisam Jiun, pimpinan kelompok topeng Betawi Ratna Timur di
Jakarta Timur (jaktim). Tarian ini dibawakan oleh remaja putrid Betawi yang
sedang beranjak dewasa.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><h3 style="text-align: left;">Tari Kreasi Nandak Ganjen Berasal dari Betawi</h3>
<br />
Tari ini adalah bentuk ungkapan sukacita dan kebebasan oleh
kaum muda yang menggambarkan anak yang menginjak remaja, yang ceria,
gembira, dan menuntut kebebasan. Arti dari kata Nandak Ganjen sendiri
adalah Nandak dalam Bahasa Betawi berarti menari, sementara Ganjen berarti
centil atau menggoda. Sehingga artinya adalah tarian yang centik atau menggoda.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><h4 style="text-align: left;">Suku Betawi</h4><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Suku Betawi merupakan sebuah suku bangsa di Indonesia yang bertempat tinggal di Jabodetabek dan sekitarnya. Mereka adalah keturunan penduduk yang bermukim di Batavia (nama kolonial dari Jakarta) dari sejak abad ke-17.</div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Beberapa pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil perkawinan antar etnis dan bangsa pada masa lalu. Karena secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Suku Betawi sebenarnya merupakan pendatang baru di Jakarta. Secara Ras/DNA atau genetika (gen), kelompok etnis ini lahir dari perpaduan etnis asli dengan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu dan lama hidup di Jakarta, seperti: Sunda, Melayu, Makassar, Jawa, Bugis, Tionghoa, Arab, Belanda, Portugis, Bali, & Ambon.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sedangkan secara kesukuan seperti kebudayaan, adat-istiadat, kuliner, kebiasaan masyarakat, tradisi, arsitektur bangunan, motif pakaian tradisional, seni musik, dan kesenian-kesenian lainnya, suku Betawi terpengaruh kuat dari kebudayaan Suku Melayu & Tionghoa. Bahkan menurut para pakar, hampir setengah dari kebudayaan Betawi ialah kebudayaan Tionghoa dengan setengahnya kebudayaan Melayu. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa adat, tradisi, kebiasaan, kesenian serta kebudayaan Betawi sangat bercorak Melayu & Islam. Sisanya, kebudayaan Betawi terpengaruh dari beberapa suku lain seperti: Sunda, Arab, Portugis, Jawa, Belanda, dan Bali.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: x-small;"><i>Sumber referensi :</i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: x-small;"><i>http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Nandak_Ganjen</i></span></div>
<i style="font-size: small;">http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1964/Nandak-Ganjen-Tari</i></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span><span style="font-size: x-small;"><i>https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi</i></span></span></div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-7732893714139900532021-12-14T06:08:00.000-08:002021-12-14T06:08:39.369-08:00Tari Jaipong Tarian Masyarakat Sunda Jawa Barat<div class="MsoNormal">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuIMNsfitdUC-S5gR6dok3kYn_lg_pP8QwRY0MzOJbkVRTlQZgPmKYWy7b1aM11M323V3dnRKL1vegvkmF9HsmWQoxhMCUK8Er_q4D_R8f7bKsmaMWeVfgZAxnMwFhlq-6W1xMR27_ACM/s1600/Jaipongan.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="tari jaipong" border="0" height="362" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuIMNsfitdUC-S5gR6dok3kYn_lg_pP8QwRY0MzOJbkVRTlQZgPmKYWy7b1aM11M323V3dnRKL1vegvkmF9HsmWQoxhMCUK8Er_q4D_R8f7bKsmaMWeVfgZAxnMwFhlq-6W1xMR27_ACM/s1600/Jaipongan.jpg" title="tari jaipong" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">tari jaipong<br />
foto wikipedia</td></tr>
</tbody></table>
<b>Pengertian Tari Jaipong Tarian Dari
Sunda Jawa Barat</b>. Kesenian Jaipongan merupakan tarian jenis tari pergaulan
tradisional masyarakat Sunda. Tari ini merupakan salah satu tarian yang sangat populer
di Indonesia. Tari ini diciptakan oleh Gugum Gumbira, seorang seniman asal
bandung sekitar tahun 1960-an. Tujuan Gugum menciptakan tarian ini untuk menciptakan suatu
jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi Jawa
Barat. Tari jaipongan dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat sebelumnya,
seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta Ronggeng.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><h3 style="text-align: left;">Tari Jaipong Merupakan Tari Pergaulan yang Berasal Dari Jawa Barat</h3>Inspirasi pengembangan kesenian jaipongan oleh Gumbira yaitu
pada kesenian Ketuk Tilu. Gumbira mengetahui dan mengenal betul perbendaharan
pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu.
Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeundan beberapa ragam gerak mincid dari
beberapa kesenian menjadi inspirasi tari jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar
tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah
Tayuban dan Pencak Silat.<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi terbentuknya
tari ini. Di kawasan perkotaan Priangan misalnya,
pada masyarakat elite, tari pergaulan dipengaruhi dansa Ball Room dari
Barat. Sementara pada kesenian rakyat, tari pergaulan dipengaruhi tradisi
lokal. Pertunjukan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas dari keberadaan ronggeng dan
pamogoran.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tarian ini mulai dikenal luas sejak 1970-an. Kemunculan
tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang
memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya
pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik
dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi
populer dengan sebutan jaipongan.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Perkembangan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!--Iklan Tengah Populer Post-->
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-2321276373327442" data-ad-format="auto" data-ad-slot="9013354019" style="display: block;"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat
adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang
keduanya merupakan jenis tari putri dan tari
berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari
Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Awal kemunculan tarian ini sempat menjadi kontroversi karena
gerakan yang erotis dan
vulgar. Namun akhirnya tari ini menjadi populer di Indonesia, khususnya di jawa
barat. Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para
penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang
sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh
para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan,
dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan,
dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para
penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau
grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan
Jaipongan gaya "kaleran" (utara).</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis,
humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu
tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola
(Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula
tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan
Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di
daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut:
</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<ol>
<li>Tatalu</li>
<li>Kembang Gadung</li>
<li>Buah Kawung Gopar</li>
<li>Tari Pembukaan
(Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan
(serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru
kawih)</li>
<li>Jeblokan dan
Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang
(jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang
menetap antara sinden dan penonton (bajidor).</li>
</ol>
<div>
<i><span style="font-size: x-small;">sumber referensi :</span></i></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Jaipong</span></i>
</div>Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-19060893834745515482021-12-14T05:49:00.001-08:002021-12-14T05:50:34.160-08:00Pengertian Rebana Alat Musik Tradisional Asal Timur Tengah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_lipeJanry7qXnW7pcoCDGbkLkVvuTlvRL4Khs_krvE47mtI7qkKCfRPowilVdSy5H-9DB9cHtnCH5mgdNdvGB7VDOXN6yIyYvQ1IZ-9ll8ExQ7qROBC4hFbNqlONnu1ZXhfDau9oOJQ/s1600/rebana+jepara.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Pengertian Rebana Alat Musik Tradisional Asal Timur Tengah" border="0" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_lipeJanry7qXnW7pcoCDGbkLkVvuTlvRL4Khs_krvE47mtI7qkKCfRPowilVdSy5H-9DB9cHtnCH5mgdNdvGB7VDOXN6yIyYvQ1IZ-9ll8ExQ7qROBC4hFbNqlONnu1ZXhfDau9oOJQ/s1600/rebana+jepara.jpg" title="Pengertian Rebana Alat Musik Tradisional Asal Timur Tengah" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rebana | photo:rebanajepara.blogspot.com</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">
Pengertian Rebana alat musik tradisional yang berasal dari
Timur Tengah dan terdapat hampir diseluruh Indonesia. Rebana merupakan salah
satu alat musik tradisional yang berasal dari daerah timur tengah. Biasa digunakan
pada saat adanya acara kesenian. Alat musik ini beredar luas dan berkembangan Negara
Asia tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei dan Singapura. Kita sering
menjumpai penggunaan rebana saat ada pementasan kasidah.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><h3 style="text-align: left;">Rebana Merupakan Alat Musik yang Berasal dari Negara Timur Tengah</h3>
<br />
<div class="MsoNormal">
Pada musik gambus, kasidah dan hadroh adalah jenis kesenian
yang sering menggunakan rebana. Di Indonesia terdapat Desa Kaliwadas,
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang menghasilkan ribuan rebana dan dijual ke
pasar domestik dan internasional.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Jenis<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jenis rebana yang berkembang di Indonesia terdapat beberapa
jenis dan merupakan ciri khas dari kultur dan budaya daerah tertentu. Jenis
yang paling umum adalah :<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-2321276373327442" data-ad-slot="5917510019" style="display: inline-block; height: 90px; width: 200px;"><br /></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<ol>
<li>Rebana Banjar</li>
<li>Rebana Biang</li>
<li>Jidor</li>
<li>Kompang</li>
<li>Marawis</li>
<li>Samroh</li>
<li>Hadroh</li>
</ol>
<b>Bentuk</b><o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Rebana merupakan gendang yang
berbentuk bundar dan pipih dan terbuat dari
bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut.
Salah satu sisi berlapis kulit kambing yang pada
bagian inilah yang akan ditepuk. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan
Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di Negara Malaysia terdapat juga rebana besar yang diberi
nama Rebana
Ubi yang biasa dimainkan pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di daerah Asia selatan meliputi Pakistan, India, Bangladesh,
Maladewa dan sekitarnya seni rebana juga sangat ramai digunakan. Namun latar
belakang sejarah, varian alat musik dan senandungnya sedikit banyak juga
berbeda.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber referensi :<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://id.wikipedia.org/wiki/Rebana
diakses tanggal 29 november 2014<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://sentrarebana.com/sejarah-alat-musik-rebana/6/
diakses tanggal 29 november 2014</span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://kreasirebana.blogspot.com/2011/11/pengertian-rebana.html
diakses tanggal 29 november 2014</span></i><o:p></o:p></div>
</div>Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-75227265092805904872017-04-06T20:37:00.002-07:002017-04-06T20:37:48.502-07:00Tradisi Unik Pilih dan Coba Pria Untuk Dijadikan Jodoh Suku Kreung<div class="MsoNormal">
Mencari pasangan hidup merupakan hal yang susah-susah
gampang, kadang kita membutuhkan pendekatan untuk mengetahui karakter pasangan
kita. Namun ada yang unik dari cara mencari pasangan dari suku Kreung.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTxgnHU0v1bClL4UtcPJa9s_tNxkQ_U2BuWTrwA4CEpII8nYGjXe7Po0wBUbBc1XSp3pjduQHW-OquWHFkZT0AeOgBVM4ql96qnQ3DGnQc-cLYuJ1ikRiArMcTpwFH8CECUdQvnzGTbyM/s1600/kreung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tradisi Unik Pilih dan Coba Pria Untuk Dijadikan Jodoh Suku Kreung" border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTxgnHU0v1bClL4UtcPJa9s_tNxkQ_U2BuWTrwA4CEpII8nYGjXe7Po0wBUbBc1XSp3pjduQHW-OquWHFkZT0AeOgBVM4ql96qnQ3DGnQc-cLYuJ1ikRiArMcTpwFH8CECUdQvnzGTbyM/s400/kreung.jpg" title="Tradisi Unik Pilih dan Coba Pria Untuk Dijadikan Jodoh Suku Kreung" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suku yang berada di Kamboja ini memiliki cara unik sendiri
untuk mendapatkan pasangan hidup. Anehnya para wanita disana memiliki tradisi
mencoba pria. Maksud mencoba pria disini adalah memilih pria yang akan jadi
pasangannya dengan cara tidur dengan laki-laku tersebut. Dan itu bukan hanya
dilakukan oleh satu dua pria saja, tetapi lebih dari satu, sampai si gadis
menemukan pria pilihannya. Penasaran dengan tradisi tersebut? Dibawah ini
adalah ulasannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Gadis 15 Tahun atau yang sudah M</b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tradisi ini dimulai ketika seorang anak gadis berumur 15
tahun, atau yang sudah mengalami menstruasi. Setelah orang tua gadis mengetahui
hal tersebut, maka dibangunkanlah sebuah pondok sederhana yang letaknya tidak
terlalu jauh dari rumah. Di pondok inilah tempat proses pemilihan jodoh.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pondok tersebut terlihat sederhana seperti pondok bamboo yang
berada di pematang sawah. Di pondok tersebut si gadis akan memilih pemuda yang datang
untuk dijadikan suaminya. Mereka akan menghabiskan malam bersama. Ritual ini
merupakan ritual yang sering dilakukan sehingga tidak ada rasa tabu dan
semacamnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Para Pemuda Bergantian Mendekati si Gadis<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pondok yang didirikan tersebut akan menjadi tempat tinggal
sementara si gadis sampai ia berhasil menemukan jodohnya. Di dalam pondok ini,
para pemuda akan bergantian satu per satu untuk mengenal lebih dalam si gadis
dan tentu saja boleh untuk menginap.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mekanisme pemilihan tidak begitu jelas, namun dalam
pemilihan ini hanya boleh satu orang dalam sehari semalam. Dan biasanya tradisi
ini memakan waktu yang cukup lama dan menghabiskan banyak kandidat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Tidak Selalu Ada Percintaan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam ritual ini pasti ada namanya percintaan bahkan bisa
berulang kepada pria yang berbeda. Tapi, tidak semua pria yang masuk ke dalam
pondok diajak bercinta oleh si gadis. Ini semua dari kemauan si Gadis jika ia bilang
tidak mau, maka si pemuda takkan berani menyentuhnya. Dan jika berani nekat
maka hukuman adat yang sangat berat akan menantinya. Dalam banyak kasus,
biasanya para pemuda hanya akan berbincang-bincang saja dengan si gadis di
pondok.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Prosesi Ritual di Mata Pelaku dan Orangtua<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di mata masyarakat suku Kreung ini merupakan cara terbaik
untuk mencari pasangan. Menurut para orangtua, cara ini sangat adil bagi si
gadis karena ia bisa memilih sendiri pria yang disukainya sehingga pernikahan bakal
awet. Sedangkan di mata para gadis, tradisi ini juga sangat memuaskan mereka
karena mereka diberi keleluasaan untuk mencari pasangan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber referensi:<o:p></o:p></span></i></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://www.boombastis.com/ritual-suku-kreung/80167</span></i>
<o:p></o:p></div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-57283574203265521052017-03-13T01:35:00.001-07:002017-03-13T01:35:05.816-07:008 Tradisi Suku Dunia Menuju Kedewasaan Yang Sangat Ekstrim <div class="MsoNormal">
Memasuki masa remaja ciri-ciri pada anak adalah dengan
mengalami menstruasi, mimpi basah dan beberapa perubahan fisik. Atau biasa juga
disebut dengan masa puber. Ada hal unik yang dilakukan oleh beberapa suku di
Dunia menyambut masa remaja. Beberapa diantaranya ada yang merayakan dengan
cara berpesta, tetapi ada juga yang merayakannya dengan cara yang ekstrim.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Seperti yang terjadi pada beberapa suku di Dunia ini, mereka
menyambut masa remaja dengan cara yang tidak biasa. Bahkan cara ini dapat
dikatakan cara yang ekstrim dan dapat membuat anda menjadi ngilu mendengarnya. Berikut
dibawah ini adalah 8 ritual ekstrim menyambut keremajaan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>1. Suku Adat Satere-Mawe dengan Ritual Semut Peluru<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTf3s4qUxlSrjyhq97Eyz1j3Kdiz9dWHN0lGy4y6UT8hl_x_Ai4vQx5dgj8CXJlhu-4B2UaFnuUhmdpx4nwR0fxr2KlrvQuzxM6eVRXqzjtLbijoa0HYj97eQ-1JFRIrtiL3BL3OLNbWE/s1600/semut+peluru.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt=" Suku Adat Satere-Mawe dengan Ritual Semut Peluru" border="0" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTf3s4qUxlSrjyhq97Eyz1j3Kdiz9dWHN0lGy4y6UT8hl_x_Ai4vQx5dgj8CXJlhu-4B2UaFnuUhmdpx4nwR0fxr2KlrvQuzxM6eVRXqzjtLbijoa0HYj97eQ-1JFRIrtiL3BL3OLNbWE/s320/semut+peluru.jpg" title=" Suku Adat Satere-Mawe dengan Ritual Semut Peluru" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Satere-Mawe merupakan salah satu suku yang tinggal jauh di
dalam pelosok hutan Amazon dan termaksud bagian dari negeri Brazi. Suku ini memiliki
ritual khusus untuk menandai masa peralihan anak laki-laki menjadi pria dewasa.
Cara yang dilakukannyapun sangat ekstrim, saya yakin Anda pasti tidak ingin
mengikuti ritual seperti ini. Mereka menyiapkan sebuah selongsong daun berisi
semut peluru dikenakan pada bagian alat reproduksi sang anak selama 10 menit. Perlu
diketahui bahwa semut peluru adalah spesies semut yang memiliki gigitan paling
menyakitkan di dunia. Jika mereka dapat melewati ritual ini dengan menahan rasa
sakit akibat sengatan semut peluru, tandanya ia telah cukup dewasa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>2. Suku Xhosa - Sunat<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfi6f9GkmXja0NYtNbZfRPBDD1HjnnK8b55NNDOYzzq4QwW4KYdkRpNNJXh-bIijUaB5kZGXNsir91M0oBLtroWrG4bwfI47NB_zqG2QM_3wJmVOqKTHvNY_lX0EhFS7wh1pFYE68Udt4/s1600/sunat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Xhosa - Sunat" border="0" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfi6f9GkmXja0NYtNbZfRPBDD1HjnnK8b55NNDOYzzq4QwW4KYdkRpNNJXh-bIijUaB5kZGXNsir91M0oBLtroWrG4bwfI47NB_zqG2QM_3wJmVOqKTHvNY_lX0EhFS7wh1pFYE68Udt4/s400/sunat.jpg" title="Suku Xhosa - Sunat" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Umat islam mewajibkan sunat bagi para lelaki, begitu juga tradisi
penanda kedewasaan di suku Xhosa, Afrika Selatan. Saat memasuki usia akil
baliq, anak-anak suku Xhosa dicukur dan dibawa ke pegunungan. Mereka diisolasi
sementara ahli bedah datang untuk menyunat mereka. Mereka baru boleh kembali ke
rumah setelah sembuh total. Kalau di Indonesia anak kecil di sunat dengan di
iming imingi hadiah heheh.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>3. Suku Hamar - Lompat Sapi<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ_srOWTnqXj-zRBLy-NeJPNVdiOfTVpP0Q3P9_kTQIkXgdU1SfOypuKEjgUbKBxpKL6im-jxzBLIYS3Zs9VNOhDFpju3v16Q_3xMuG9gGozWr9k3JBc5ftpNARijXs1GIzp7fHjmK83g/s1600/lompat+sapi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Hamar - Lompat Sapi" border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ_srOWTnqXj-zRBLy-NeJPNVdiOfTVpP0Q3P9_kTQIkXgdU1SfOypuKEjgUbKBxpKL6im-jxzBLIYS3Zs9VNOhDFpju3v16Q_3xMuG9gGozWr9k3JBc5ftpNARijXs1GIzp7fHjmK83g/s400/lompat+sapi.jpg" title="Suku Hamar - Lompat Sapi" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suku Hamar, Ethiophia memiliki perbedaan untuk menyambut
kedewasaan. Masyarakat dari suku Hamar di Ethiophia harus melakukan ritual
lompat sapi sebelum diizinkan menikah. Mereka memulai ritual ini dengan
mencambuk lelaki di depan keluarga dan teman-temannya. Selanjutnya si lelaki
tersebut harus melompat di atas punggung empat sapi yang dikebiri. Setelah
lolos melalui ritual ini, sang pria baru diizinkan menikah. Sunggu perjuangan
yang sangat berat untuk menikahi gadis suku Hamar. Kalau masyarakat Bugis,
perjuangannya cukup mengumpul uang panai yang begitu tinggi heheh.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>4. Suku Fula - Tato Wajah<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCSu-sRrpGLUviq6QqFI8DXi98D4tTmbUOkXufGiaOXH6IHcYADNpNPUZj8sP3ASHNoSU8oUxcJkeH5bmA7ERQ9_Ng7nuUIxByC0uWW_8VhCTBrRmrxIGMJeodQMU6Omw1pEGERognziM/s1600/tato+wajah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Fula - Tato Wajah" border="0" height="241" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCSu-sRrpGLUviq6QqFI8DXi98D4tTmbUOkXufGiaOXH6IHcYADNpNPUZj8sP3ASHNoSU8oUxcJkeH5bmA7ERQ9_Ng7nuUIxByC0uWW_8VhCTBrRmrxIGMJeodQMU6Omw1pEGERognziM/s400/tato+wajah.jpg" title="Suku Fula - Tato Wajah" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bagi masyarakat suku Fula justru tato di wajah dianggap
sebagai tanda kedewasaan. Dan ini berlaku bagi Tato para gadis perempuan yang
dianggap telah dewasa, Para gadis suku Fula di Afrika Barat harus memiliki tato
di wajah mereka. Tato tersebut dibuat dengan menggunakan sepotong kayu yang
tajam. Dibayangkan saja pasti sangat menyakitkan. Seorang gadis yang sudah
memiliki tato ini dianggap dewasa dan telah diizinkan untuk menikah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>5. Suku Masai - Berburu Singa<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBu3DVHBYhLkPa0ruFaaxymLMzHWaZQ9aqCloj7ncRVZLYjx7IipzxGpQtE6lKwpDOZL7-sbjXWIikhGMXoAbeYWWhtIG0bKUVsAb0tlvyXYTnxbH71Aka63CIa4DSKSajSX_TSbkhask/s1600/suku+masai.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Masai - Berburu Singa" border="0" height="176" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBu3DVHBYhLkPa0ruFaaxymLMzHWaZQ9aqCloj7ncRVZLYjx7IipzxGpQtE6lKwpDOZL7-sbjXWIikhGMXoAbeYWWhtIG0bKUVsAb0tlvyXYTnxbH71Aka63CIa4DSKSajSX_TSbkhask/s320/suku+masai.jpg" title="Suku Masai - Berburu Singa" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Berburu singa?? Apa ga kebalik tuh, singa yang buru manusia?
Hehe di suku Masai Masai dari Tanzania dan Kenya punya cara unik untuk menandai
kedewasaan seseorang. Mereka melakukan regenerasi prajurit mereka setiap 6-10
tahun. Bakal calon prajurit ini disunat dan dipindahkan ke kamp khusus untuk
diisolasi. Setelah itu mereka akan berburu singa sebagai puncak dari upacara
pengesahan ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Namun seiring berkurangnya populasi singa pemerintah
setempat mengeluarkan larangan untuk membunuh singa karena alasan perlindungan
terhadap satwa ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>6. Asa Gigi Khas Suku Mentawai<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqB0tPdBIEEJC4DD0R5CCIomZhG5wFSDstM1ITuiDNaNokj69LNVnMyj4Ps239jcZYnZSf2SUxd-sR9keOu6Z4Nss5oXv_2ajHEFNXub3MAxiIQLSMDLYuRv3YVr4PBsRp9efCo6ff0lA/s1600/asa+gigi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Asa Gigi Khas Suku Mentawai" border="0" height="234" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqB0tPdBIEEJC4DD0R5CCIomZhG5wFSDstM1ITuiDNaNokj69LNVnMyj4Ps239jcZYnZSf2SUxd-sR9keOu6Z4Nss5oXv_2ajHEFNXub3MAxiIQLSMDLYuRv3YVr4PBsRp9efCo6ff0lA/s320/asa+gigi.jpg" title="Asa Gigi Khas Suku Mentawai" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Yang suka ngilu giginya pasti tidak akan melakukan hal ini.
Tapi jika anda merupakan bagian dari suku mentawai, anda harus melakukan ritual
ini. Para gadis yang menginjak masa dewasa akan melakukan asa gigi karena
dianggap memiliki nilai-nilai tradisional yang luhur tentang kecantikan. Mereka
percaya bahwa jika jiwa seseorang tidak puas dengan pemampilan tubuhnya, orang
tersebut akan mati. Oleh karena itu, wanita muda mempertajam gigi mereka agar
tampil lebih indah dan cantik.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>7. Suku Aborigin - Perjalan Seorang Diri<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGmY-TO5ltJhz9lndhOndTgUuwhdaDjzvVBMwY8IyXbthrOaZ4KIhPFEVphqIZt1s5bx5ZYWf2BRwtj7KFw1xTY9uti_dhu9N1RI3wAXFxmLa7beFiVsGNBN4sWPUo8JGySSckkgh22vY/s1600/aborigin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Aborigin - Perjalan Seorang Diri" border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGmY-TO5ltJhz9lndhOndTgUuwhdaDjzvVBMwY8IyXbthrOaZ4KIhPFEVphqIZt1s5bx5ZYWf2BRwtj7KFw1xTY9uti_dhu9N1RI3wAXFxmLa7beFiVsGNBN4sWPUo8JGySSckkgh22vY/s400/aborigin.jpg" title="Suku Aborigin - Perjalan Seorang Diri" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Yang dimaksud perjalanan seorang diri bukanlah para Jomblo
ya, disini merupakan salah satu tradisi suku Aborigin untuk menjadi pria
dewasa. Suku Aborigin, Australia, mengirim para pemuda ke padang gurun selama 6
bulan untuk menguji apakah mereka telah siap menjadi pria dewasa. Seperti bertualang,
mereka harus bertahan hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Setelah berhasil
bertahan hidup dan melewati rintangan pada saat melakukan ujian ini, mereka
kembali ke rumah dan dinyatakan telah menjadi laki-laki sejati.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>8. Suku Sungai Sepik - Skarifikasi<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBPU6T7YiXIudxhX1NoXciq1I26Y6o_vFLClAnSXrEPlM5-oyPHcr51KFgu9XqUCHrK4NpUMKcPsDYXYvUQj_kheBnnFnd0577QPZk8Nr9S3ug0HBwl9z1IP5NKHXU2tvaPQ4W2XzKZDg/s1600/tato+badan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Sungai Sepik - Skarifikasi" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBPU6T7YiXIudxhX1NoXciq1I26Y6o_vFLClAnSXrEPlM5-oyPHcr51KFgu9XqUCHrK4NpUMKcPsDYXYvUQj_kheBnnFnd0577QPZk8Nr9S3ug0HBwl9z1IP5NKHXU2tvaPQ4W2XzKZDg/s320/tato+badan.jpg" title="Suku Sungai Sepik - Skarifikasi" width="230" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tradisi skarifikasi merupakan cara yang ekstrim, kenapa? Karena
mereka membuat tatto dengan menggunakan silet yang tajam. Pola tatto yang
dibuat menggunakan silet akan membuat kulit si pria menjadi seperti kulit kasa
buaya. Dan ini merupakan tanda bahwa mereka sudah dianggap telah dewasa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber:<o:p></o:p></span></i></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://www.vemale.com/ragam/ragam/58979-8-ritual-dan-tradisi-menyambut-masa-dewasa-berbagai-suku-bangsa-di-dunia-unik-banget-8.html</span></i>
<o:p></o:p></div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-79854883842288076452017-03-04T07:26:00.000-08:002017-03-04T07:26:21.620-08:00Si Gajang Laleng Lipa – Tradisi Mengerikan Suku Bugis<div class="MsoNormal">
Pada artikel sebelumnya saya telah membahas tentang Sejarah
dan Adat Istiadat Suku bugis Asal Sulawesi Selatan. Dan diartikel ini saya akan
membahas lagi tentang kebudayaan suku Bugis, yaitu Si Gajang Laleng Lipa (Saling
Tikam dalam Sarung).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnf23VWF5pbjtlXqKGDssl2qBywzLn3ABT2Fk0UJhykxeH0brDJ98nhmzSGDNpjAtMDN0sRC2WlZQefEhy_6QbfVD8pD36gZd6dvB0Wl_U223SJriW0Sp_cHE35PVlU9JhGXBip2B6uyY/s1600/sigajang+laleng+lipa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Si Gajang Laleng Lipa – Tradisi Mengerikan Suku Bugis" border="0" height="258" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnf23VWF5pbjtlXqKGDssl2qBywzLn3ABT2Fk0UJhykxeH0brDJ98nhmzSGDNpjAtMDN0sRC2WlZQefEhy_6QbfVD8pD36gZd6dvB0Wl_U223SJriW0Sp_cHE35PVlU9JhGXBip2B6uyY/s400/sigajang+laleng+lipa.jpg" title="Si Gajang Laleng Lipa – Tradisi Mengerikan Suku Bugis" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kenapa bisa terjadi tradisi si gajang laleng lipa? Jadi begini
ceritanya. Masyarakat Bugis sangat menjunjung tinggi rasa malu atau dalam
bahasa setempat adalah Siri. Dalam adat disebut bugis terdapat konsep Ade’,
Siri na Passe. Ade’ adalah adat istiadat yang mesti dijunjung oleh masyarakat
bugis, sedangkan Siri (malu) na Passe (rasa iba) adalah sikap yang tertuang
dalam ade’ tersebut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pentingnya Siri dalam masyarakat Bugis sangat mempengaruhi
kehidupan bermasyarakat, sehingga ada pepatah bugis yang menyatakan bahwa hanya
orang yang punya siri yang dianggap sebagai manusia. Naia tau de’ gaga sirina,
de lainna olokolo’e. Siri’ e mitu tariaseng tau (Barang siapa yang tidak punya
siri (rasa malu), maka dia bukanlah siapa-siapa, melainkan hanya seekor
binatang. Bahkan siri ini sangat berarti bagi masyarakat Bugis seperti dalam
pepatah berikut “Siri Paranreng Nyawa Palao”, yang artinya : “Apabila harga
diri telah terkoyak, maka nyawa lah bayarannya”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
Masyarakat Bugis sangat menjunjung tinggi rasa malu, sehingga jika harga diri
mereka di injak-injak maka mereka akan mempertaruhkan nyawanya. Sehingga jika
ada pihak keluarga saling bertikai hingga tidak menemukan titik temu maka jalan
yang diambil adalah jalan adat yakni ritual sigajang laleng lipa’ (saling tikam
dalam sarung)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sigajang laleng lipa adalah sebuah tradisi masyarakat Bugis
untuk menyelesaikan sebuah masalah dan telah dilakukan pada masa kerajaan
beberapa tahun yang lalu. Tradisi Sigajang Laleng Lipa dilakukan oleh dua orang
yang berduel dalam satu sarung menggunakan badik/kawali (senjata tradisional
masyarakat bugis). Tradisi ini dilakukan ketika ada pihak yang bertikai yang
tidak bisa terselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat, walaupun
nyawa jadi taruhannya. Karena ke 2 keluarga tersebut merasa benar, maka
permasalahan ini harus diselesaikan dengan Sigajang Laleng Lipa. Namun jika
melakukan sigajang kedua bela pihak yang bertikai tidak harus lagi ada rasa
dendam yang terpendam dan menganggap perkara sudah selesai. Hasil pertarungan dari
Sigajang Laleng Lipa kebanyakan berakhir imbang, sama-sama meninggal, atau keduanya
sama-sama hidup.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sigajang Laleng Lipa adalah ritual pertarungan yang cukup
mematikan. Namun, kita dapat melihat makna-makna positif dari tradisi ini
seperti adanya pemecahan masalah melalui musyawarah dan mufakat dan tidak menggunakan
ego dalam banyak hal kalau tidak ingin ada korban jiwa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Namun seiring perkembangan zaman, tradisi ini telah
ditinggalkan oleh masyarakat bugis makassar dan kini tradisi Sigajang ini telah
dilestarikan sebagai warisan budaya leluhur Sulawesi Selatan, yang biasanya dipentaskan
diatas panggung. Adapun Nilai-nilai dari ritual Sigajang Laleng Lipa (duel satu
sarung), yang diartikan sarung sebagai simbol persatuan dan kebersamaan
masyarakat Bugis Makassar, berada dalam satu sarung berarti kita dalam satu
habitat bersama. Jadi sarung yang mengikat kita bukanlah ikatan serupa rantai
yang sifatnya menjerat, akan tetapi menjadi sebuah ikatan kebersamaan di antara
manusia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Itulah penjelasan singkat tentang sigajang laleng lipa. Semoga
bermanfaat.<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">Diliput dari berbagai sumber</span></i><o:p></o:p></div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-85512599450595436842016-12-07T22:58:00.003-08:002016-12-07T22:58:47.004-08:00Sejarah dan Asal Usul Suku Lingon Bermata Biru Asal Halmahera<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
Manusia bermata Biru sering kita lihat di negara-negara
Eropa, namun ternyata suku bermata biru juga terdapat di indonesia? Yang tepatnya
di suku pedalaman Halmahera. Suku tersebut disebut juga dengan suku Lingon. Dari
warna matanya yang biru suku ini berbeda dengan suku suku bangsa yang ada di
Indonesia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8c0W308KwHswcbwzF2aQ93osvCWhCtOSpS6-yCeOkzUQwfAHt-PNhTo6jf5R7bE7fHbOHf_y5o1fSVeAUkyc1uSHuj9w2hW32F1SkB6r2GluLKLb8fQ2_dZPv3xB9u9GDThOcB77bVR0/s1600/lingon.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sejarah dan Asal Usul Suku Lingon Bermata Biru Asal Halmahera" border="0" height="288" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8c0W308KwHswcbwzF2aQ93osvCWhCtOSpS6-yCeOkzUQwfAHt-PNhTo6jf5R7bE7fHbOHf_y5o1fSVeAUkyc1uSHuj9w2hW32F1SkB6r2GluLKLb8fQ2_dZPv3xB9u9GDThOcB77bVR0/s320/lingon.jpg" title="Sejarah dan Asal Usul Suku Lingon Bermata Biru Asal Halmahera" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lingon adalah sebuah suku pedalaman yang mendiami Halmahera,
Provinsi Maluku Utara, Indonesia yang dikenal karena memiliki ciri fisik ras
Kaukasoid yakni berkulit putih, berrambut pirang, dan bermata biru, berbeda
dengan suku-suku bangsa di Indonesia lainnya yang umumnya memiliki ciri fisik
berkulit coklat, bermata coklat kehitaman dan berambut hitam.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lantaran memiliki ciri fisik ala orang bule, maka nggak
heran juga kalau orang-orang Lingon itu sangat cantik dan ganteng. Menurut
cerita masyarakat, orang-orang Lingon memang seperti itu. Sayangnya, masyarakat
Lingon sendiri seperti tidak menyadari kelebihannya itu. Menurut cerita lagi,
katanya gara-gara kecantikan luar biasa gadis-gadis Lingon, mereka pernah
diculik suku lain untuk dijadikan istri. Ada kabar yang mengatakan mereka sudah
punah, tapi ada yang bilang juga suku Lingon sengaja menjauh agar tidak diusik.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Asal muasal<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tidak ada ceritanya orang ras Mongoloid bisa menghasilkan
keturunan Kaukasoid, kecuali ada silang kawin di antara keduanya. Dengan
berbekal teori ini maka dapat disimpulkan bahwa suku Lingon bukanlah
orang-orang asli sini. Hal ini diperkuat dengan bukti-bukti cerita dari
masyarakat sekitar yang secara tersirat seakan membenarkan hal tersebut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Cerita muasal Lingon diawali dari karamnya sebuah kapal asal
Eropa di sekitar Halmahera. Kemudian karena harus bertahan hidup, orang-orang kapal
ini pun akhirnya menepi dan lama-kelamaan memasuki hutan. Lantaran susahnya
akses dan lain sebagainya, mereka pun tak punya pilihan selain menetap dan
akhirnya membentuk koloni sendiri yang disebut Lingon. Alasan kenapa mereka
jadi primitif mungkin karena sudah terlalu lama tinggal di hutan. Pelan-pelan
orang Lingon melupakan asal usulnya dan kemudian menyesuaikan diri.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Ciri Fisik<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suku Lingon bukanlah suku yang berasal dari ras weddoid,
melanesia, polinesia, ataupun mongoloid seperti kebanyakan penduduk di
Halmahera. Mereka termasuk dalam ras kaukasoid, sehingga tampilan fisik mereka
lebih menyerupai orang Eropa seperti tubuh yang tinggi, kulit putih, rambut
pirang, dan warna mata biru atau hijau.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sampai saat ini, populasi suku Lingon masih belum diketahui
keberadaannya. Dikatakan bahwa dahulu suku ini sering mendapatkan ancaman dari
suku yang hidup di pesisir pantai, salah satunya adalah suku Togutil.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Orang dari suku Togutil kerap berusaha menculik gadis-gadis
suku Lingon yang terkenal cantik dengan mata biru mereka. Beberapa suku
setempat menganggap Suku Lingon berbahaya, lantaran dikenal memiliki ilmu sihir
sehingga mereka juga kadang kala disegani.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber referensi:<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">https://id.wikipedia.org/wiki/Lingon<o:p></o:p></span></i></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://solo.tribunnews.com/2016/06/03/misteri-suku-lingon-suku-di-pedalaman-hutan-halmahera-yang-punya-ras-wanita-cantik-bermata-biru?page=4</span></i>
<o:p></o:p></div>
</div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-26396497948742510212016-12-02T19:52:00.002-08:002016-12-02T19:54:45.884-08:00Sejarah dan Asal Usul Suku Rakhine Arakan Myanmar<div class="MsoNormal">
Rakhine atau Arakan adalah salah satu kelompok etnis yang
berada di <a href="http://dunia-kesenian.blogspot.com/2016/11/sejarah-dan-asal-usul-rohingya-di.html" target="_blank">Myanmar</a>. Etnis ini adalah kelompok mayoritas di negara bagian Rakhine
(sebelumnya negara bagian Arakan). Kemungkinan jumlah kelompok ini meliputi
5,53% dari jumlah penduduk Myanmar, namun hingga kini belum ada sensus yang
akurat. Suku Rakhine juga tinggal di wilayah tenggara Bangladesh, terutama di
Chittagong dan Barisal.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSpGJS36Sfg8UwYeg0i3pDqiPoQHJV22nqzIcy6YUZ6wBpAhKV7beGo5RrGJBahqQB9J37dDqKFEo8VyQfNROIohQrCLPZBY392V8ztWxr6xVn8QKJfmdOx69EsozCF0CDQ6byesDur04/s1600/rakhine.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sejarah dan Asal Usul Suku Rakhine Arakan Myanmar" border="0" height="277" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSpGJS36Sfg8UwYeg0i3pDqiPoQHJV22nqzIcy6YUZ6wBpAhKV7beGo5RrGJBahqQB9J37dDqKFEo8VyQfNROIohQrCLPZBY392V8ztWxr6xVn8QKJfmdOx69EsozCF0CDQ6byesDur04/s400/rakhine.jpg" title="Sejarah dan Asal Usul Suku Rakhine Arakan Myanmar" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Orang Rakhine memiliki banyak sebutan, sesuai di daerah mana
mereka berada, yaitu: Arakenese, Magh, Maghi, Marma, Mash, Mogh, Morma, Mugg,
Yakan dan Yakine.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Arti Kata Rakhine<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menurut Tawarikh Rakhine, Nama Rakhine ini berasal dari
bahasa Pali dari kata "Rakhapura" berarti "tanah rakyat Raksasa
(Raksasa/Rakha/Rakhine)", kata Rakhine berarti "seseorang yang
memelihara ras sendiri."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Bahasa<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Rakhine. Orang Rakhine
bertutur dalam bahasa Arakan, yang merupakan bentuk kuno dari bahasa Burma.
Pada umumnya saling dimengerti dengan standar Burma, namun tetap memiliki style
Arakan suara / r /, yang menjadi suara / j / dalam bahasa Burma. Bahasa
tertulis Arakan script, pada dasarnya sama dengan script standar Burma, script
Rakhawunna utara Brahmi ditemukan dalam prasasti batu di era (Wethali) Vesali,
sekarang tidak lagi digunakan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Sistem kepercayaan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kebanyakan orang Rakhine beragama Buddha Theravada. Mereka
mengklaim sebagai salah satu dari kelompok pertama yang menjadi pengikut Buddha
di Asia Tenggara. Budaya Rakhine mirip dengan budaya Burma, namun lebih banyak
dipengaruhi oleh budaya India akibat isolasi geografisnya dari daratan utama
Burma. Pengaruh India terasa dalam sastra, musik, dan makanan Rakhine.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Sejarah<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekelompok keturunan Rakhine, tinggal di Jalur Bukit
Chittagong Bangladesh sejak abad ke-16, dikenal sebagai orang Marma. Keturunan
Rakhine menyebar sejauh utara negara Tripura di India, ketika Tripura
diperintah oleh raja-raja Arakan. Di timur laut India, orang-orang Rakhine
disebut sebagai orang Mog<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada beberapa abad yang lalu di Bangladesh, orang Rakhine
(Arakan) adalah bajak laut yang ditakuti di Teluk Benggala, mereka meneror
masyarakat di sepanjang pantai laut dan jauh di saluran sungai yang sekarang
Bangladesh. Saat itu mereka disebut maghs, atau bajak laut. Nama ini menjadi
nama populer dari suku ini, mereka berasal dari wilayah Arakan di Burma.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suku Rakhine terkait erat hubungan serumpun dengan suku
Bamar, Marma dan Chakma.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Menurut kronik, kerajaan independen Rakhine pertama
didirikan pada tahun 3325 SM oleh Raja Marayu. Nama kerajaan tersebut adalah
Dhanyawadi, yang bermakna "diberkati oleh gandum yang melimpah."
Buddhisme masuk pada masa hidupnya Gautama Buddha. Menurut kronik Rakhine,
Buddha sendiri mengunjungi kota Dhanyawadi pada tahun 554 SM.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber:<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">https://id.wikipedia.org/wiki/Etnis_Rakhine<o:p></o:p></span></i></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://protomalayans.blogspot.co.id/2012/05/suku-rakhine.html</span></i>
<o:p></o:p></div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-47600037220512363942016-11-21T20:03:00.003-08:002016-12-02T19:54:15.240-08:00Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar dan Permasalahannya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar. Rohingya adalah sebuah kelompok etnis Indo-Arya dari Rakhine (juga dikenal sebagai Arakan, atau Rohang dalam bahasa Rohingya) di Burma. Rohingya adalah etno-linguistik yang berhubungan dengan bahasa bangsa Indo-Arya di India dan Bangladesh (yang berlawanan dengan mayoritas rakyat Burma yang Sino-Tibet). Mereka menggunakan bahasa rohingya untuk berbicara sehari-hari.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYE1VjS-89-QEiJ1QbJzJeOnuBUZaxl-_NAkYrLl8YwUQfYXJiRGd40pTHVleB90Uc5qbUzmljdoxjoD7yqxrKt2Oiy81p4ctdvX0IO_BUDi5SyUd6qP54CsKpigTim5AfW9PHtPXDLX0/s1600/rohingya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar dan Permasalahannya" border="0" height="258" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYE1VjS-89-QEiJ1QbJzJeOnuBUZaxl-_NAkYrLl8YwUQfYXJiRGd40pTHVleB90Uc5qbUzmljdoxjoD7yqxrKt2Oiy81p4ctdvX0IO_BUDi5SyUd6qP54CsKpigTim5AfW9PHtPXDLX0/s400/rohingya.jpg" title="Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar dan Permasalahannya" width="400" /></a></div>
<h2>
<b>Sejarah Rohingnya di Myanmar</b></h2>
<div class="MsoNormal">
Menurut catatan sejarah, komunitas Muslim telah mendiami wilayah <a href="http://dunia-kesenian.blogspot.com/2016/12/sejarah-dan-asal-usul-suku-rakhine.html" target="_blank">Arakan</a> (nama kuno Rakhine) sejak masa pemerintahan seorang raja Buddhis bernama Narameikhla atau Min Saw Mun (1430–1434) di kerajaan Mrauk U. Setelah diasingkan selama 24 tahun di kesultanan Bengal, Narameikhla mendapatkan tahta di Arakan dengan bantuan dari Sultan Bengal saat itu. Kemudian ia membawa serta orang-orang Bengali untuk tinggal di Arakan dan membantu administrasi pemerintahannya demikianlah komunitas Muslim pertama terbentuk di wilayah itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saat itu kerajaan Mrauk U berstatus sebagai kerajaan bawahan dari kesultanan Bengal sehingga Raja Narameikhla menggunakan gelar dalam bahasa Arab termasuk dalam nama-nama pejabat istananya dan memakai koin Bengal yang bertuliskan aksara Arab Persia pada satu sisinya dan aksara Burma pada sisi lainnya sebagai mata uangnya. Setelah berhasil melepaskan diri dari kesultanan Bengal, para raja keturunan Narameikhla tetap menggunakan gelar Arab tersebut dan menganggap diri mereka sebagai sultan serta berpakaian meniru sultan Mughal. Mereka tetap mempekerjakan orang-orang Muslim di istana dan walaupun beragama Buddha, berbagai kebiasaan Muslim dari Bengal tetap dipakai.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada abad ke-17 populasi Muslim meningkat karena mereka dipekerjakan dalam berbagai bidang kehidupan, tidak hanya dalam pemerintahan saja. Suku Kamein, salah satu etnis Muslim di Rakhine yang diakui pemerintah Myanmar saat ini, adalah keturunan orang-orang Muslim yang bermigrasi ke Arakan pada masa ini. Namun kerukunan dan keharmonisan ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1785 kerajaan Burma dari selatan menyerang dan menguasai Arakan; mereka menerapkan politik diskriminasi dengan mengusir dan mengeksekusi orang-orang Muslim Arakan. Pada tahun 1799 sebanyak 35.000 orang Arakan mengungsi ke wilayah Chittagong di Bengal yang saat itu dikuasai Inggris untuk mencari perlindungan. Orang-orang Arakan tersebut menyebut diri mereka sebagai Rooinga (penduduk asli Arakan), yang kemudian dieja menjadi Rohingya saat ini. Selain itu, pemerintah kerajaan Burma saat itu juga memindahkan sejumlah besar penduduk Arakan ke daerah Burma tengah sehingga membuat populasi wilayah Arakan sangat sedikit ketika Inggris menguasainya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada tahun 1826 wilayah Arakan diduduki oleh pemerintah kolonial Inggris setelah perang Inggris-Burma I (1824-1826). Pemerintah Inggris menerapkan kebijakan memindahkan para petani dari wilayah yang berdekatan ke Arakan yang saat itu sudah ditinggalkan, termasuk orang-orang Rohingya yang sebelumnya mengungsi dan orang-orang Bengali asli dari Chittagong. Saat itu wilayah Arakan dimasukkan dalam daerah administrasi Bengal sehingga tidak ada batas internasional antara keduanya dan migrasi penduduk di kedua wilayah itu terjadi dengan mudah. Pada awal abad ke-19 gelombang imigrasi dari Bengal ke Arakan semakin meningkat karena didorong oleh kebutuhan akan upah pekerja yang lebih murah yang didatangkan dari India ke Burma. Seiring waktu jumlah populasi para pendatang lebih banyak daripada penduduk asli sehingga tak jarang menimbulkan ketegangan etnis.<br />
<br /></div>
<h3>
<b>Permasalahan Imigrasi</b></h3>
<div class="MsoNormal">
Pada tahun 1939 konflik di Arakan memuncak sehingga pemerintah Inggris membentuk komisi khusus yang menyelidiki masalah imigrasi di Arakan, namun sebelum komisi tersebut dapat merealisasikan hasil kerjanya, Inggris harus angkat kaki dari Arakan pada akhir Perang Dunia II. Pada masa Perang Dunia II Jepang menyerang Burma dan mengusir Inggris dari Arakan yang kemudian dikenal sebagai Rakhine. Pada masa kekosongan kekuasaan saat itu, kekerasan antara kedua kelompok suku Rakhine yang beragama Buddha dan suku Rohingya yang beragama Muslim semakin meningkat. Ditambah lagi, orang-orang Rohingya dipersenjatai oleh Inggris guna membantu Sekutu untuk mempertahankan wilayah Arakan dari pendudukan Jepang. Hal ini akhirnya diketahui oleh pemerintah Jepang yang kemudian melakukan penyiksaan, pembunuhan dan pemerkosaan terhadap orang-orang Rohingya. Selama masa ini, puluhan ribu orang Rohingya mengungsi keluar dari Arakan menuju Bengal. Kekerasan yang berlarut-larut juga memaksa ribuan orang Burma, India dan Inggris yang berada di Arakan mengungsi selama periode ini.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Pada tahun 1940-an orang-orang Rohingya berusaha menjalin kerjasama dengan Pakistan di bawah Mohammad Ali Jinnah untuk membebaskan wilayahnya dari Burma, tetapi ditolak oleh pemimpin Pakistan tersebut karena tidak mau mencampuri urusan internal negeri Burma. Pada tahun 1947 orang-orang Rohingya membentuk Partai Mujahid yang merupakan kelompok jihad untuk mendirikan negara Muslim yang merdeka di Arakan utara. Mereka menggunakan istilah Rohingya sebagai identitas politik mereka dan menyatakan diri sebagai penduduk asli Arakan. Kemudian Burma merdeka pada tahun 1948 dan orang-orang Rohingya semakin gencar melancarkan gerakan separatisnya. Pada tahun 1962 Jenderal Ne Win melakukan kudeta dan mengambil alih pemerintahan Myanmar. Ia melakukan operasi militer untuk meredam aksi separatis Rohingya. Salah satu operasi militer yang dilancarkan pada tahun 1978 yang disebut "Operasi Raja Naga" menyebabkan lebih dari 200.000 orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh akibat kekerasan, pembunuhan dan pemerkosaan besar-besaran. Pemerintah Bangladesh menyatakan protes atas masuknya gelombang pengungsi Rohingya ini. Pada bulan Juli 1978 setelah dimediasi oleh PBB, pemerintah Myanmar menyetujui untuk menerima para imigran Rohingya untuk kembali ke Rakhine.<o:p></o:p><br />
<br /></div>
<h3>
<b>Konflik Etnis Rakhine dan Rohingya</b></h3>
<div class="MsoNormal">
Pada tahun 1982 pemerintah Bangladesh mengamademen undang-undang kewarganegaraannya dan menyatakan Rohingya bukan warga negara Bangladesh. Sejak tahun 1990 sampai saat ini, pemerintah junta militer Myanmar masih menerapkan politik diskriminasi terhadap suku-suku minoritas di Myanmar, termasuk Rohingya, Kokang dan Panthay. Para pengungsi Rohingya melaporkan mereka mengalami kekerasan dan diskriminasi oleh pemerintah seperti bekerja tanpa digaji dalam proyek-proyek pemerintah dan pelanggaran HAM lainnya. Pada tahun 2012 kerusuhan rasial pecah antara suku Rakhine dan Rohingya yang dipicu oleh pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis Rakhine oleh para pemuda Rohingya yang disusul pembunuhan sepuluh orang pemuda Muslim dalam sebuah bus oleh orang-orang Rakhine. Menurut pemerintah Myanmar, akibat kekerasan tersebut, 78 orang tewas, 87 orang luka-luka, dan lebih dari 140.000 orang terlantar dari kedua belah pihak baik suku Rakhine maupun Rohingya. Pemerintah menerapkan jam malam dan keadaan darurat yang memungkinkan pihak militer bertindak di Rakhine. Walaupun para aktivitis LSM Rohingya menuduh bahwa pihak kepolisian dan kekuatan militer turut berperan serta dalam kekerasan dan menangkap orang-orang Rohingya, tetapi penyelidikan oleh organisasi International Crisis Group melaporkan bahwa kedua belah pihak mendapatkan perlindungan dan keamanan dari pihak militer. Pada tahun 2014 pemerintah Myanmar melarang penggunaan istilah Rohingya dan mendaftarkan orang-orang Rohingya sebagai orang Bengali dalam sensus penduduk saat itu. Pada bulan Maret 2015 yang lalu pemerintah Myanmar mencabut kartu identitas penduduk bagi orang-orang Rohingya yang menyebabkan mereka kehilangan kewarganegaraannya dan tidak mendapatkan hak-hak politiknya. Ini menyebabkan orang-orang Rohingya mengungsi ke Thailand, Malaysia dan Indonesia.<br />
<br /></div>
<h3>
<b>Bahasa</b></h3>
<div class="MsoNormal">
Rohingya (Ruáingga) adalah sebuah bahasa yang dituturkan etnis Rohingya di Arakan di Myanmar. Bahasa ini mirip dengan Bahasa Chittagonia yang digunakan di kawasan Chittagong di Bangladesh.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam sejarahnya, bahasa ini telah ditulis dalam berbagai jenis aksara, termasuk alfabet Arab, Urdu, aksara Hanifi, alfabet Myanmar, dan yang terbaru, Rohingyalish, yang dibentuk dari alfabet Romawi. Naskah berbahasa Rohingya tertua yang ditulis dengan alfabet Arab berasal dari lebih dari 300 tahun lalu. Saat Negara Bagian Rakhine (Arakan) masih di bawah pemerintahan Britania Raya (1826–1948), etnis Rohingya umumnya menggunakan bahasa Inggris dan Urdu untuk komunikasi tertulis. Sejak Myanmar merdeka pada tahun 1948, segala bentuk komunikasi resmi menggunakan bahasa Myanmar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada tahun 1975, sebuah jenis sistem tulis baru diciptakan menggunakan alfabet Arab; ada pula cendekiawan yang menggunakan alfabet Urdu untuk menutupi kekurangan alfabet Arab, namun keduanya tidak menghasilkan hasil yang memuaskan dan orang-orang Rohingya kesulitan membaca tulisan yang menggunakan alfabet Arab maupun Urdu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Molana Hanif dan rekan-rekannya kemudian mengembangkan sekelompok baru huruf berorientasi kanan ke kiri yang berdasarkan alfabet Arab ditambah dengan beberapa pinjaman dari alfabet Romawi dan Myanmar, namun meskipun dianggap oleh para cendekiawan sebagai suatu perbaikan dibandingkan sistem tulis sebelumnya, tetap saja sistem baru ini dikritik karena banyak huruf yang terlalu mirip dengan huruf lainnya. Tak lama kemudian, E.M. Siddique memilih jalan baru dengan menggunakan huruf Latin untuk menulis Bahasa Rohingya. Hasilnya adalah sistem yang disebut Rohingyalish yang terdiri dari 26 huruf Romawi, lima huruf hidup beraksen, dan dua huruf Latin tambahan untuk bunyi retrofleks dan nasal.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber referensi:<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Rohingya<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">https://id.wikipedia.org/wiki/Rohingya</span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">http://www.kompasiana.com/mr_ded/rohingya-sebuah-tinjauan-sejarah-atas-konflik-yang-berkepanjangan_55602aa699937379578b4581</span></i></div>
</div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4605543960743170985.post-91817939648067689072016-11-18T17:08:00.002-08:002016-11-18T17:08:48.853-08:00Aramba Alat Musik Tradisional Suku Nias – Sumatera Utara<div class="MsoNormal">
Aramba Alat musik tradisional Suku Nias – Sumatera Utara. Aramba
adalah salah satu alat musik yang terbuat dari tembaga, kuningan, suasa dan
nikel. Alat ini dimainkan oleh satu orang. Fungsi aramba berperan sebagai
pembawa pola irama. Selain aramba ada juga beberapa alat musik tradisional dari
Suku Nias antara lain Gondra, doli-doli, fondrahi, lagia dan rici-rici.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Meskipun Aramba merupakan alat musik tradisional dari Nias, tetapi
sebenarnya alat ini tidak benar-benar dibuat oleh masyarakat Nias. Berdasarkan
sejarah, alat musik Aramba ini adalah hasil kerajinan dari Jawa yang dibawa ke
Nias dengan sistem barter.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfnU910EmPpzqMR5rUD942S5MtSOws3W-3ZeWjuIg-WSouQUmqYJD31zrTrcxWKNmphgXn0RZm96kjXnvEecLiq2CDmCLeiV45GNyU4q5LRi6g28SL3FEbCsVsCJYuTw-gwCCe9hwifdo/s1600/aramba.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Aramba Alat Musik Tradisional Suku Nias – Sumatera Utara" border="0" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfnU910EmPpzqMR5rUD942S5MtSOws3W-3ZeWjuIg-WSouQUmqYJD31zrTrcxWKNmphgXn0RZm96kjXnvEecLiq2CDmCLeiV45GNyU4q5LRi6g28SL3FEbCsVsCJYuTw-gwCCe9hwifdo/s400/aramba.jpg" title="Aramba Alat Musik Tradisional Suku Nias – Sumatera Utara" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Bentuk Aramba<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aramba yang sering dipergunakan oleh masyarakat Nias dalam
pelaksanaan upacara perkawinan sebanyak satu buah yang disebut aramba fatao
yang ukuran garis tengahnya 40 sampai 50 cm, sedangkan aramba yang dipakai oleh
ngaoto mbalugu (keturunan bangsawan) adalah aramba fatao dan aramba hongo yang
ukuran garis tengahnya 60 sampai 90 cm.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Bentuk aramba bulat dengan tonjolan bulat kecil pada bagian
tengahnya. Aramba biasanya digantungkan dengan seutas tali pada sebuah palang
horizontal.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Bunyi<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aramba memiliki jenis bunyi Ideofon, untuk penggunaannya yaitu
dengan cara dipukul dengan memakai pemukul yang khusus.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Fungsi Aramba<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aramba memiliki fungsi khusus bagi masyarakat masa prasejarah hingga kini.
Yaitu, merupakan benda keramat, makanya diperlakukan istimewa. Fungsi gong
selain sebagai alat komunikasi dalam masyarakat. Juga dipakai sebagai alat
musik tradisional untuk berbagai kegiatan seperti:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
1. Dalam urusan ekonomi, gong hadir saat menanam dan memanen
padi<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
2. Selain itu juga untuk kegiatan religi, acara perkawinan,
kematian, dan sebagainya.<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-size: x-small;">Diliput dari berbagai sumber</span></i><o:p></o:p></div>
Zulfahttp://www.blogger.com/profile/00048535704125906925noreply@blogger.com0