Tari Jaipong Tarian Masyarakat Sunda Jawa Barat
tari jaipong foto wikipedia |
Tari Jaipong Merupakan Tari Pergaulan yang Berasal Dari Jawa Barat
Inspirasi pengembangan kesenian jaipongan oleh Gumbira yaitu pada kesenian Ketuk Tilu. Gumbira mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeundan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian menjadi inspirasi tari jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi terbentuknya
tari ini. Di kawasan perkotaan Priangan misalnya,
pada masyarakat elite, tari pergaulan dipengaruhi dansa Ball Room dari
Barat. Sementara pada kesenian rakyat, tari pergaulan dipengaruhi tradisi
lokal. Pertunjukan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas dari keberadaan ronggeng dan
pamogoran.
Tarian ini mulai dikenal luas sejak 1970-an. Kemunculan
tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang
memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya
pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik
dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi
populer dengan sebutan jaipongan.
Perkembangan
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat
adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang
keduanya merupakan jenis tari putri dan tari
berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari
Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi.
Awal kemunculan tarian ini sempat menjadi kontroversi karena
gerakan yang erotis dan
vulgar. Namun akhirnya tari ini menjadi populer di Indonesia, khususnya di jawa
barat. Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para
penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang
sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh
para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan,
dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan,
dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para
penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau
grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan
Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis,
humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu
tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola
(Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula
tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan
Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di
daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut:
- Tatalu
- Kembang Gadung
- Buah Kawung Gopar
- Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih)
- Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Jaipong
Post a Comment for "Tari Jaipong Tarian Masyarakat Sunda Jawa Barat"